Sabtu, 06 Desember 2008
untuk bapak presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakil presiden Yusuf Kalla
saya hanya berharap bapak-bapak bisa menyelesaikan sekian tanggung jawab yang diamanatkan masyarakat.
saya senantisa berharap bapak-bapak menjadi pemimpin-pemimpin yang diridzoi bukan dimurkai oleh tuhan yang maha esa. karena bapak-bapak sendiri kan tahu, bagaimana pedihnhya siksaan sebagaimana sekian cerita dari kyai-kyai atau buku-buku ngaji.
saya berharap setelah ini bapak bahagia.
salam sejatera dari ku
tamam sianak langit.
Kamis, 09 Oktober 2008
MENGECAM KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA
TIDAK PERLU LAH, MENJADI BAR-BAR HANYA KARENA TIDAK SENANG MELIHAT AKHLAK SAUDARANYA. PASTINYA KITA PERTANYAKAN APAKAH KEBENARAN TUHAN ADALAH KEKERASAN.
MARILAH MENGUBAH KEADAAN DENGAN HATI DAN FIKIRAN BUKAN KEKERASAN YANG MALAHAN MEMBAWA BENCANA BAGI DIRI BAIK DIDUNIA MAUPUN DIAKHIRAT, LANTARAN EMOSI DIRI YANG BERMAIN, BUKAN RIDLA TUHAN.
MASIH INGATKAH CERITA ALI BIN ABI THALIB, KETIKA BERTARUNG DENGAN ORANG KAFIR, DIA TIDAK JADI MEMBUNUH LAWANNYA, PADAHAL PEDANG ALI SUDAH DILEHER KAFIR TERSEBUT. APA SEBAB? ALI DILUDAHI MUKANYA.
ALI MEMBATALKAN NIATANNYA. APA ALASANNYA, KARENA ALI TAKUT NIATNYA YANG LILLAHI TA'ALA TERKOTORI EMOSI DIRINYA.
STOP KEKERASAN ATAS NAMA AGAMA
HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR WAJIB
SANGAT TIDAK MEMUASKAN, KALAU PEMERINTAH/HUKUM KITA HANYA MEMBERIKAN BAJU KHAS BAGI TAHANAN KORUPTOR. ATAU HANYA MENGHUKUM BEBERAPA TAHUN, ITUPUN BANYAK MENDAPATKAN AMNESTI DARI PRESIDEN, AH..MEMUAKKAN !!
KALAU BANYAK YANG TIDAK SEPAKAT, DENGAN HUKUMAN INI. ITU ADALAH PEJABAT/MASYARAKAT YANG DIRINYA MEMILIKI KEINGINAN UNTUK KORUPSI, KALAU TIDAK KENAPA HARUS DIHALANGI. KALAU SEBATAS ATAS DASAR HUKUMAN MATI TIDAK SESUAI DENGAN SISI KEMANUSIAAN, LALU APA YANG COCOK?.
SEDANGKAN, AKIBAT KORUPSI PARA PEJABAT NEGERI INI, BERAPA JUTA KEPALA PENDUDUK NEGERI INI, YANG TIDAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN, YANG AKHIRNYA BUSUNG LAPAR KARENA TIADANYA KECUKUPAN EKONOMI HINGGA HARUS TEWAS DALAM PUSKESMAS/RUMAH SAKIT DALAM KEADAAN KELUARGANYA TIDAK MAMPU MENGUBURKAN JENAZAHNYA LANTARAN TIDAK CUKUP UANG.
PEMERINTAH SEHARUSNYA CERDAS DAN TEGAS, SEBAB MASYARAKAT TIDAK BISA MENUNGGU METAMORFOSIS PARA PEJABAT YANG HATI NURANINYA TELAH DILACURKAN UNTUK HARTA DAN KEKUASAAN.
SEMOGA SAJA MASIH ADA YANG BERANI MENJADI HAMMURABI. JELAS BUKAN KARENA APA-APA?, KALAU TIDAK ATAS NAMA RAKYAT, BUKAN RAYAP PEJABAT!
JADI,
HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR HARUS SEGERA DILAKSANAKAN DI INDONESIA
OIA...MET MUDIK BAGI KAWAN-KAWAN MAHASISWA
TIPS DAN TRIK
SIAPKAN SEGALA KEPERLUAN, MINIMAL 2 JAM SEBELUM BERANGKAT.
JANGAN LUPA PAMIT KEPADA ORANG TUA, MINTA RESTU DAN DOANYA, PALING PENTING.
TERUS..BERSIKAP SANTAI JANGAN TERBURU-BURU, BIAR TIDAK ADA YANG KETINGGALAN. KALO BAWA KENDARAAN SENDIRI..CEK SEBELUM BERANGKAT, TEKANAN BAN, RANTAI, KALO MOBIL YA MESINNYA.
TIDAK USAH NGEBUT. SEBAB BANYAK YANG NGEBUT TAPI BENJUT.
SELAMAT MUDIK, SEMOGA SELAMAT SAMPAI TUJUAN. AMIEN !
met lebaran untuk muslim sedunia
TAQOBALALLAH MINNAH WA MINKUM TILAWATAHU
MINAL AIDZIN WAL FAIZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.
, SEMOGA UMAT MUSLIM SENANTIASA MENDAPATKAN KEKUATAN DAN PERLINDUNGAN DARI ALLAH SWT.
Kamis, 21 Agustus 2008
AKU MAHASISWA FISIP UNEJ
JANGAN TANYA AKU KENAPA? TANYA SAJA ORANGNYA?.
KENAPA AKU MEMBENCINYA?
AMPUNI AKU TUHAN.
SEANDAINYA DIA MAU TAK AJAK DUEL, AKAN KU LAYANI. CAMKAN ITU.
HIDUP MAHASISWA!!!!!
Rabu, 06 Agustus 2008
SELAMAT HUT RI KE-63
lalu bila melihat realitas sekarang apakah kita merdeka (dalam arti yang sesungguhnya)?, marilah kita diskursuskan kembali dalam setiap sesi luang kita. salam untuk seluruh masyarakat indonesia dimanapun berada.
Selasa, 22 Juli 2008
Rabu, 09 Juli 2008
TIDAK ADA SALAHNYA KETIKA BANYAK PEMBERONTAKAN DINEGARA INI.
DI/TII, GAM, RMS, OPM DAN SEBAGAINYA, DAN SEBAGAINYA
TIDAK ADA SALAHNYA KETIKA NAIONALISME ITU RUNTUH LANTARAN PERUT TIDAK MENGINJINKAN KITA MEMBICARAKAN ITU. KARENA PERUT MASIH LAPAR BAHKAN KLIMAK BUSUNG LAPAR DAN KEMATIAN.
TIDAK ADA SALAHNYA KETIKA RAKYAT HARUS KITA PERSENJATAI DAN BERUSAHA MEREBUT KEKUASAAN. BILA NEGARA TELAH DIREBUT PARA POLITISI, ILMUAN, HARTAWAN, PENGUSAHA. SEDANG KAN MEREKA TIDAK DI BERI BAGIAN.
JADI
MARI KITA REBUT NEGARA, MARI MEMBERONTAK.
HANCURKAN POLITISI BUSUK, JANGAN PERCAYA SETIAP KAMPANYE YANG MEREKA GULIRKAN, KARENA MEREKA TIDAK LEBIH DARI TAHI YANG MEREKA KELUARKAN SEHARI-HARI.
YANG DIBUTUHKAN BUKAN GOLPUT KALA ADA PEMILIHAN, YANG DIBUTUHKAN ADALAH KEBERANIAN UNTUK MELUDAHI WAJAH-WAJAH MEREKA, SAAT MEREKA MENGUMBAR JANJI.
MARI MEMBERONTAK NEGARA, KALAU PERLU MEMANG TIDAK ADA NEGARA. DARIPADA KEBERADAANNYA SEBATAS MELEGITIMASI SEGALA BENTUK PENINDASAN YANG MEREKA LAKUKAN.
KEPADA SELURUH RAKYAT INDONESIA
MARI BERSAMA-SAMA TIDAK PERCAYA TERHADAP SEGALA YANG DI PERBUAT PEMERINTAH, KEBOHONGAN YANG MEREKA LAKUKAN HARUS DIHANCURKAN
DENGAN MEMBERONTAK.
MEMBERONTAK DAN MENGAMBIL
KEMERDEKAAN ITU KEMBALI
MERDEKA DARI KEBODOHAN
MERDEKA DARI KELAPARAN
MERDEKA DARI KETAKUTAN
HIDUPLAH INDONESIA RAYA.
freedom for all
merdeka....sekali merdeka tetap merdeka...selama hayat masih dikandung badan!
itulah nyanyian romantisme yang sering kita nyanyikan, ketika bangsa ini lepas dari kolonialisme yang berabad-abad. sekarang melihat realitas negara yang demikian, lagu apa yang cocok untuk kita dendangkan ke telinga dunia???
Sabtu, 28 Juni 2008
bangkai
pembenaran dari jiwa yang yakin, akan keagungannya.
keraguan, bagi manusia yang menuhankan rasionalnya dengan meragukan Dia.
MARI-mari
Sabtu, 01 Maret 2008
Ayo !!
prak.....................!!!
buk........................!!!
buk........................!!
dor....................!!
prak..........................!!
prak.........!!
ayo pecahkan....................!!
biar gaduh !!!
jika tidak mau, potong saja kemaluanmu !!
Kamis, 28 Februari 2008
Bahasa Populer
“Gue lhom kepikiran”!! jawab temannya.
Mendengar pembicaraan orang itu, pertama saya kira keduannya anak Betawi tulen, dialek yang dipakai mirip benar dengan bahasa di sinetron-sinetron remaja di stasiun televisi kita, Indonesia. Tapi setelah saya bertanya pada temanku, yang kebetulan teman salah satu dari kedua mahasiswa tersebut, ternyata salah satunya eh.. orang Jember.
Satu lagi, cerita. Ketika saya mengikuti pelatihan jurnalistik, di salah satu kampus di Unej, saya sempat kagum dengan pemateri yang mengajari peserta tentang fotografi, dia begitu luwes dengan logat bahasa Betawi, dalam mengarahkan peserta dalam memahami teknik-teknik fotografi yang dia berikan. Biasa tidak kenal tidak sayang, kata pepatah. Saya menanyakan kepada salah satu panitia, “asal mana, mba, mas Graha (nama samaran) tersebut?”. “asalnya Probolinggo”!!. Sahutku “oh… saya kira orang Betawi”.
Dari beberapa kejadian yang saya dapatkan, saya bertanya sendiri, kenapa kok begitu?. Sebelumnya saya acuh, saya tak mau berpikir panjang, tetapi begitu seringnya fenomena tersebut, membuat saya heran, dan sangat heran, kenapa kayaknya kita tidak terbiasa bersikap apa adannya, tidak percaya diri. Sekian kamuflase harus kita lakukan, demi sebuah makna gaul, dalam melakukan interaksi sosial. Termasuk dalam hal kecil permainan kata (baca;bahasa).
Fenomena tersebut membuatku asyik, dan mengarahkanku mengintip sejenak, apa yang sebenarnya terjadi. Dengan Sedikit analis amatir saya mencoba mencari tahu. karena saya tidak mau terjebak. karena saya memainkan alat musik, yang aku sendiri tidak tahu ketukkan nadannya, bisa-bisa membikin gadu, dengan membuat sahabat-sahabat Ngopiku tertawa, karena mendengar saya memakai bahasa orang lain, yang sebenarnya aku sendiri tidak bisa, namun memaksa.
Jika di telisik sedikit, ternyata salah satu yang menyebabkan, pola bahasa masyarakat kita, terutama remaja bergeser ke frame yang tidak seharusnya tersebut, salah satu penyebabnya, menurut analisis kecil saya adalah media, khususnya media elektronik, seperti radio dan televisi. Karena Media yang ada, saat mengawal transisi masyarakat dari tradisional ke modernitas, menyuguhkan, bahasa yang bagi saya pribadi amburadul. Dinamakan bahasa daerah, kok gitu, dinamakan bahasa nasional, kok juga begitu. Dari struktur yang digunakan, tidak jelas.
Media sebagai sarana komunikasi masyarakat, memiliki peran yang sangat urgen dalam perubahan sosial. Fungsinya diantaranya, memberikan informasi, pendidikan, juga hiburan. Bagi para komunikan, atau yang biasa dinamakan pemirsa. Disaat komunikasi terjadi, saat itu pulalah, permainan bahasa dimulai. dan perlu digaris bawahi, bahwa disaat ini pula perang antar bahasa terjadi. Perang tersebut bukan hanya terjadi di layar televisi, namun perang terjadi hampir disetiap tempat yang ada, dan terjangkau oleh media.
Sebagaimana yang diungkapkan pakar sosiologi Sadono-Sukirno, “bahwa perubahan dalam masyarakat karena suatu kebudayaan kontak dengan kebudayaan lain, dan salah satu yang menyangkut ini adalah diffusion (baca;difusi). Difusi adalah proses penyebaran kebudayaan dalam individu kepada individu, dan dari masyarakat kemasyarakat lain”.
Dari apa yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan, bahwa media, khususnya elektronik, menjadi instrument penting, sebagai mediator dalam mempertemukan budaya satu masyarakat dengan masyarakat yang lain, khususnya budaya yang ada di media dengan budaya para komunikan, atau pemirsa. Termasuk mempertemukan bahasa masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. bahasa disini juga termasuk dalam salah satu unsur yang membentuk budaya.
Lihat di stasiun pertelevisian, kita. Selain bahasa nasional, bahasa Indonesia, bahasa apa saja yang biasa mereka gunakan. Tidak lain, bahasa yang mendominasi, dan mengintervensi, baik bahasa lokal maupun bahasa nasional adalah bahasa betawi, kalau ada bahasa lain, paling keberadaanya hanya sebatas asesoris pemanis, untuk memperkuat karakter peran yang dimainkan seorang aktor atau bentuk terjemahan karena masyarakat dianggap tidak tahu bahasa apa yang ada saat pemutaran acara (program televisi). Dominasi tersebut, bisa dikarenakan, pusat-pusat media tersebut, letaknya memang di lokasi yang masyarakatnya kebetulan memiliki dan menggunakan bahasa betawi, Yakni Jakarta. Atau memang kesengajaan pemain dibelakang layar, untuk betawisasi.
Jika demikian, baru saya famahi. Oh…bahasa yang mereka gunakan, seperti percakapan, dan beberapa fenomena yang sering saya lihat dan saya ceritakan diatas. Ternyata sebatas ikut-ikutan bukan kesadaran. Dengan tidak buruk sangka, saya menganggap apa yang ada dan dilakukan masyarakat tersebut sebatas efek media. Walaupun pada dasarnya, sebenarnya bukan hanya dari media. Bisa saja, karena mobilitas suatu individu, maupun masyarakat dari satu daerah ke daerah yang lain yang kebetulan bahasa yang mereka gunakan tidak sama. Seperti penyaji, materi fotografi yang saya ceritakan.
Jika penulis boleh meratingkan, maka bahasa paling populer saat ini, adalah bahasa Betawi bahasa, bahasa suku Sunda, Jawa Barat-Indonesia, bahasa “lho” “lho”, “gue” “gue”. Dari total 726 bahasa daerah yang ada di Nusantara.
Pesan Sunan Muria
Tiada kesaksian yang menyamai kepastian tuhan,
Karena tidak ada yang dapat menggagalkan kepastian tuhan.
Benar yang berasal dari tuhan itu apabila tiada sifat angkara murka dan tidak suka menyengsarakan orang lain.
Didunia ini ada dua macam kebenaran yaitu benar dihadapan tuhan dan benar dihadapan penguasa.
Kepada Pemilik Keabadian
Palung itu teramat dalam tuk ku selami
Harus aku cari kemana kekuatan itu
Sedang raga tempat jiwa ini, terkikis habis, oleh angin, api, air
Udara…dari sukma pelapis jiwa
Bergelayut bebas kusibakkan dera
Didekat pemandian dekat sanubari
Nurani,
Benarkah kebenaran itu,.. masih
Sedikit kau lekatkan, pada
Raga, sukma, jiwa dan cahaya
Dari wakil-wakil keberadaan yang ada
Tuhan maafkan aku-ampuni aku
Aku tidak takut pada nerakamu
Yang aku takutkan hanyalah wajahmu,
Berpaling...berpaling….
Bukan ku tak sadar, dalam
Melakukan semua pengingkaran terhadapmu, tuhan
Tetapi jalan yang aku lewati
Terlihat samar dan membutahkan.
Temukan aku
Tempatkan aku
Disana…
Diperaduanmu….
Cinta itupun Berkata
Cinta tak terjangkau oleh kata-kata dan pendengaran kita
Cinta adalah tautan yang tak terukur kedalamanya
Coba kau hitung, berapa banyak air di sungai? Dalam lautan itu tujuh sungai tiada tara.
Cinta tak dapat dituangkan dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, buku-buku dan tulisan
Apapun yang dikatakan orang (tentang cinta)
Kulit semata; cinta adalah sebuah rahasia yang tidak terungkap.
Cukup! Sampai kapanpun, kau akan terpancang pada lidah dan kata-kata, cinta begitu banyak tamsilan yang beberapa diseberang kata-kata.
Seseorang bertannya apakah cinta? Jawabanku “bertanyalah tentang makna-makna”
Oh..kau yang telah mendengarkan pembicaraan tentang cinta, tetaplah cinta.
Dikutip darikarya
William Chitik tentang jalan cinta
Jalaluddin Rumi
Senin, 11 Februari 2008
Selain tuhanku
ibu, aku berjanji!! setiap tetes-tetes keringatmu akan ku ubah menjadi tinta-tinta, lalu akan ku buat menulis makna-makna..
Nevermind
biarkan aku berada tanpa kesadaran kawan
karena kesadaran itu semakin menjadikanku bodoh
tak usah kau bertanya, tentang aku
keberadaan dan ketiadaanku sama saja, sama saja bagimu.
Kami dan kalian
Kalian anak-anak keriaan. Kamilah
Anak penderitaan dan penderitaan adalah
Bayangan tuhan yang tidak
Bersemayam dihati yang jahat
Kami adalah ruh yang menderita dan
Penderitaan terlalu agung untuk
Berdiam dihati kerdil. Bila kalian tertawa,
Kami menatap dan menangsi; dan
Siapa yang pernah dibakar dan disuci
Meski sesekali oleh airmatanya sendiri
Selamanya akan tetap suci.
Kalian tak memahami kami, tapi kai
Berikan simpati kami pada kalian.
Kalian hanyut bersama derasnya
Sungai kehidupan, dan kalian tak
Menghiraukan kami; sementara
Kami duduk ditepian sungai, melihat
Kalian dan mendengar suara kalian
Yang ganjil
Kami tak menagkap jeritan kami,
Karena bisingnya hari telah membuat
Telingahmu tuli, tersumbat kerasnya
Gumpalan dari tahun-tahun kebodohan
Kalian; namun kami mendengar
Nyanyian-nyanyian kalian, karena bisikan
Malam batin membukakan nurani kami,
Kami melihat kalian berdiri
Dibawah ujung jemari cahaya, tapi
Kalian tak bisa melihat kami, karena
Kami tinggal didalam
Kegelapan yang mencerahkan.
Kami anak penderitaan, kami para penyair
Para nabi dan para pemusik. Kami
Menenun busana sang dewi dari
Benang hati kami, dan kami penuhi
Tangan para bidadari dengan bijian nurani kami
Kalian anak-anak pemburu
Dunia. Kalian tempatkan hati dalam
Genggaman kehampaan, karena
Sentuhan tangan kehambaan begitu
Lembut dan mengundang selera.
Kalian tinggal dalam rumah kebodohan,
Kerena dirumah itu tak ada cermin untuk
mengaca bagi jiwa-jiwa kalian.
Kami menghela nafas, dan tarikan itu lahir
Bisikan mesra bunga-bunga
Gemerisik dedaunan dan gemerisik
Anak sungai
Ketika kalian menghina kami, tingkahmu
Berbaur dengan penghancuran tengkorak,
Gemeretak reruntuhan dan ratapan
Dari jurang dalam. Jika kami menangis
Airmata menetes kedalam jantung
Kehidupan, bagai embun menetes
Dari pelupuk malam, kedalam
Jantung fajar; dan bila kalian tertawa,
Tawa sinis kalian menebar racun
Bagai bisa ular meracuni luka.
Kami menangis, menaruh simpati pada
Simiskin gelandangan dan janda
Yang berduka; tapi kalian bersukaria
Tersenyu memandang emas
Yang gemerlapan.
Kami menagis, karena kami mendengar
Isakan kaum miskin dan ratapan
Silemah yang tertindas; tapi kalian
Terbahak, karena tiada yang kalian
Dengar selain bunyi cawan anggur
Yang berdenting.
Kami menangis, karena saat ini ryh kami
Tercerai dari yang ilahi, tapi kalian tertawa
Karena tubuh kalian terikat oleh
Kebodohan dunia.
Kami anak penderitaan, sedang kalian
Anak-anak kegembiraan….biarkanlah
Kami mengukur buah penderitaan
Kami berbandin tajam dengan
Tingkat keriangan didepan
Kesaksian sang matahari………
Kalian telah mendirikan kota babilonia
Diatas tulang-tulang di lemah,
Dan menegakkan istanan niniveh diatas kuburan simiskin
Kini babilonia hanyalah tapak kaki
Unta padang pasir yang bergerak digurun,
Dan sejarah berulang kembali
Pada bangsa-bangsa yang merestui kami
Dan selalu menghujat kalian.
Kami telah mengukir isytar dari
Pualam utuh dan membuatnya
Gemetar dalam keutuhannya
Dan berbicara melalui kebisuannya.
Kami telah menggubah dan
Mendendangkan nyanyian nahawand yang
Menyejukkan pada dawai-dawai,
Penyebab ruh pujaan menghampiri
Cakrawala. Endekati kami; memuja
Sang pencipta dengan kata dan perbuatan;
Kata-kata menjelma firman tuhan,
Dan perbuatan menjelma kasih
Bagai para bidadari
Kalian mengiuti jejak kesenangan
Yang cakar tajamnya telah mencapai
Ribuan tumbal gelanggang pembantaian
Roma dan antioch…sedang kami
Mengikuti jejak keheningan, yang jemari lembutnya telah menenun
Buku illiad dan kitab ayub serta
Ratapan jeremiah.
Kalian berlutut dibawah sang nafsu,
Yan gelorahnya telah mengusir
Ribuan arakan jiwa wanita ke dalalam
Terowongan memalukan
Dan mengerikan…sedang kami memeluk
Keheningan, dalam bayangan keindahan
Hamlet dan hamte menjulang.
Kalian menjilat pantat ketamakan,
Yang tajam pedangnya telah
Menumpahkan ribuan sungai darah…
Sedang kami mencari kebenaran,
Yang uluran tangannya medatangkan
Pengetahuan dan jiwa agung dan lingkaran cahaya
Kami anak-anak penderitaan, sedang
Kalian anak-anak kegembiraan;
Antara dukacita kami dan sukacita kalian
Terbentang jalan setapak liar yang
Bisa dilalui kuda keperkasaan dan
Dilintasi kereta kencanamu.
Kami iba akan kekerdilan kalian,
Sedangkan kalian benci dakan kejayaan
Kami; antara rasa iba kami dan
Kebencian kalian, sang waktu berhenti bertahan.
Kami menghampirimu sebagai teman,
Tapi kalian menyerang kami sebagai
Musuh; antara persahabatan kami
Dan permusuhan kalian, terbentang
Jurang dalam yang dialiri
Darah dan airmata.
Kami menegakkan istana kalian,
Tapi kalian menggali kuburan kami,
Antara kemegahan istana dan suram
Kuburan, kemanusiaan berjalan
Hilir mudik sebagai pengawal
Bersenjata besi.
Kami taburi jalan kalian dengan kembang
Mawar, namun kalian menebarkan
Duri diranjang kami, antara mawar
Dan duri, kebenaran tidur dan dengan
Geliasah. Sejak hari alastu, kalian telah
Memerangi kekuatan kami
Yang lembut dengan kelemahan kalian
Yang kasar; ketika kalian mengungguli
Kami barang sejam, kalian hiruk-pikuk
Meneriakkan kemenagan bagaikan
Katak di air. Namun ketika kami tetap diam
Bagai raksasa yang bungkam.
Kalian hidup dalam kenangan
Manusia-manusia, serupa bangkai
Dimuka bumi; dan kalian tidak menemukan
Seorang kawanpun yang mengubur
Kalian dalam kegelapan ketiadaan
Dan terlupakan oleh yang kalian cari
Dimuka bumi.
Kami anak penderitaan, dan derita
Adalah mega keemasan, menyirami
Umat manusia dengan pengetahuan dan
Kebenaran. Kalian anak-anak
Kegembiraan, betapapun tinggi
Jangkauan keembiraan kalian,
Dengan hokum tuhan ia akan binasa
Dihadapan angina dari surga dan
Diporak-porandakan menjadi kehampaan,
Karena hakekatnya dia tak lain hanyalah
Kabut tipis yang gemetar
(Gibran, Kahlil. 2000.
Lukisan keabadian. Fajar Pustaka: Jogjakarta
Sabtu, 02 Februari 2008
senandung jiwa
Nyanyian tanpa kata - nyanyian yang hidup
Dalam benih-benih hatiku.
Ia menolak bersatu dengan tinta di
Perkamen; ia mengandalkan simpatiku
Pada sebuah jubah dan mengalir,
Tetapi tidak dibibirku.
Bagaimana aku melihatnya? Aku takut ia akan
Bercampur dengan ether dunia;
Kepada siapa ia kunyanyikan? Ia bersarang
Dirumah jiwahku, dalam ketakutan
Kepada telinga pemarah
Ketika kutatap mata batinku
Aku melihat bayangan dari bayanganya
Ketika kusentuh jemariku
Aku merasakan getarannya.
Tindakan tanganku mengikuti
Kehadirannya seperti danau memantulkan
Kemerlip bintang-bintang; air mataku
Menyingkapkannya, secemerlang embun
Mengungkap rahasia mawar
Inilah senandung gubahan dalam renung,
Di hias oleh kesunyian
Di lupakan oleh kenagan
Di lumatkan oleh kebenaran
Di tiruhkan oleh impian
Di pahami oleh cinta
Di sembunyikan oleh kesadaran
Dan dinyanyikan oleh jiwa.
Inilah senandung cinta;
Apakah kain atau esau
Dapat mendendangkannya?
Ia lebih semerbak dari melati;
Suara apa yang dapat mewaadahi?
Ia tersenbunyi seperti rahasia perawan
Dawai apa yang dapat menggetarkannya?
Siapa berani memaduh raungan samudra
Dan dendang lubuk malam?
Siap berani membandingkan prahara
Dengan desah seorang bayi?
Siapa berani meneriakkan
Kehendak hasrat hati?
Manusia mana yang berani menyanyikan
Lagu senandung tuhan?
Dinukil dari karya kahlil gibran (lukisan keabadian)
gibran, Kahlil. 2001. lukisan keabadian. Yogyakarta: Fajar Pustaka
Jumat, 04 Januari 2008
LIR-ILIR
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir
Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suraka surak hiyo
remember this message !!
The Man Who Sold The World
friendWhich came as some surprise I spoke into his eyesI thought you died alone, a long long
time ago
Oh no, not mewe never lost controlYou're face to faceWith the Man who Sold the World
I laughed and shook his hand, made my way back homeI searched for farm to land, for years and years I roamedI gazed a gazless stare ,we walked a million hillsI must have died alone, a long long time ago
Who knows? not meI never lost controlYou're face to faceWith the Man who Sold the World
Who knows? not meWe never lost controlYou're face to faceWith the Man who Sold the World
dicuplik dari lirik lagu NIRVANA
LAGU UNTUK SEBUAH NAMA
Mengapa jiwaku mesti bergetar sedang musikpun manis kudengar mungkin karena kulihat lagi lentik bulu matamu bibirmu dan rambutmu yang kau biarkan jatuh berderai di keningmu makin mengajakku terpana kau goreskan gita cinta
mengapa aku mesti duduk disini sedang kau tepat didepanku mestinya kau berdiri berjalan kedepanmu kusapa dan kunikmati wajahmu atau kuisyaratkan cinta tapi semua tak kulakukan kata orang cinta mesti berkorban
mengapa dadaku mesti bergoncang bila kusebutkan namamu sedang kau diciptakan bukanlah untukku itu pasti tapi aku tak mau perduli sebab cinta bukan mesti bersatu biar kucumbui bayanganmu dan kusandarkan harapanku jatuh berderai di keningmu
Rabu, 02 Januari 2008
Wejangan DEWARUCI Terhadap BIMA
menghampir sang dewa ruci sambil menyapa: 'apa yang kau cari, hai werkudara,hanya ada bencana dan kesulitan yang ada di sini di tempat sesunyi dan sekosong ini' terkejut sang sena dan mencari ke kanan kiri setelah melihat sang penanya ia bergumam:'makhluk apa lagi ini, sendirian di tengah samudera sunyi kecil mungil tapi berbunyi pongah dan jumawa? serba sunyi di sini, lanjut sang marbudyengrat mustahil akan ada sabda keluhuran di tempat seperti inisia-sialah usahamu mencarinya tanpa peduli segala bahaya sang sena semakin termangu menduga-duga,dan akhirnya sadar bahwa makhluk ini pastilah seorang dewa ah, paduka tuan, gelap pekat rasa hatiku. entahlah apa sebenarnya yang aku cari ini.
dan siapa sebenarnya diriku ini ketahuilah anakku, akulah yang disebut dewaruci, atau sang marbudyengratyang tahu segalanya tentang dirimuanakku yang keturunan hyang guru dari hyang brahma,anak kunti, keturunan wisnu yang hanya beranak tiga, yudistira, dirimu,danjanaka.
yang bersaudara dua lagi nakula dan sadewa dari ibunda madrim si putrimandraka.datangmu kemari atas perintah gurumu dahyang durna untuk mencari tirta pawitra yang tak pernah ada di sini bila demikian, pukulun, wejanglah aku seperlunyaagar tidak mengalami kegelapan seperti ini terasa bagai keris tanpa sarungnya sabarlah anakku,.memang berat cobaan hidup ingatlah pesanku ini senantiasajangan berangkat sebelum tahu tujuanmu, jangan menyuap sebelum mencicipnya.tahu hanya berawal dari bertanya, bisa berpangkal dari meniru, sesuatu terwujud hanya dari tindakan.
janganlah bagai orang gunung membeli emas,mendapat besi kuning pun puas menduga mendapat emasbila tanpa dasar, bakti membuta pun akan bisa menyesatkan duh pukulun, tahulah sudah di mana salah hambabertindak tanpa tahu asal tujuansekarang hamba pasrah jiwaraga terserah paduka.
nah, bila benar ucapanmu, segera masuklah ke dalam diriku. lanjut sang marbudyengrat sang sena tertegun tak percaya mendengarnyaah, mana mungkin hamba bisa melakukannya paduka hanyalah anak bajang sedangkan tubuh hamba sebesar bukit kelingking pun tak akan mungkin muat.
wahai werkudara si dungu anakku, sebesar apa dirimu dibanding alam semesta?seisi alam ini pun bisa masuk ke dalam diriku, jangankan lagi dirimu yang hanya sejentik noktah di alam.
mendengar ucapan sang dewaruci sang bima merasa kecil seketika,dan segera melompat masuk ke telinga kiri sang dewaruciyang telah terangsur ke arahnya heh, werkudara, katakanlah sejelas-jelasnya segala yang kau saksikan di sana hanya tampak samudera luas tak bertepi, ucap sang senaalam awang-uwung tak berbatas hamba semakin bingung tak tahu mana utara selatan atas bawah depan belakang janganlah mudah cemas, ujar sang dewaruci yakinilah bahwa di setiap kebimbangan senantiasa akan ada pertolongan dewata dalam seketika sang bima menemukan kiblat dan melihat surya setelah hati kembali tenang tampaklah sang dewaruci di jagad walikan.
heh, sena! ceritakanlah dengan cermat segala yang kau saksikan! awalnya terlihat cahaya terang memancar, kata sang senakemudian disusul cahaya hitam, merah, kuning, putih.apakah gerangan semua itu? ketahuilah werkudara, cahaya terang itu adalah pancamaya, penerang hati, yang disebut mukasipat (mukasyafah),penunjuk ke kesejatian, pembawa diri ke segala sifat lebih.
cahaya empat warna, itulah warna hatihitam merah kuning adalah penghalang cipta yang kekal,hitam melambangkan nafsu amarah, merah nafsu angkara, kuning nafsu memiliki.hanya si putih-lah yang bisa membawamuke budi jatmika dan sanggup menerima sasmita alam, namun selalu terhalangi oleh ketiga warna yang lainhanya sendiri tanpa teman melawan tiga musuh abadi.hanya bisa menang dengan bantuan sang suksma.
adalah nugraha bila si putih bisa kau menangkan di saat itulah dirimu mampu menembus segala batas alam tanpa belajar. duhai pukulun, sedikit tercerahkan hati hamba oleh wejanganmusetelah lenyap empat cahaya, muncullah nyala delapan warna, ada yang bagai ratna bercahaya, ada yang maya-maya, ada yang menyala berkobar.
itulah kesejatian yang tunggal, anakku terkasih semuanya telah senantiasa ada dalam diri setiap mahluk ciptaan. sering disebut jagad agung jagad cilik dari sanalah asal kiblat dan empat warna hitam merah kuning putih seusai kehidupan di alam ini semuanya akan berkumpul menjadi satu, tanpa terbedakan lelaki perempuan tua muda besar kecil kaya miskin, akan tampak bagai lebah muda kuning gadingamatilah lebih cermat, wahai werkudara anakku semakin cerah rasa hati hamba.
kini tampak putaran berwarna gading, bercahaya memancar.warna sejatikah yang hamba saksikan itu? bukan, anakku yang dungu, bukan,berusahalah segera mampu membedakannya zat sejati yang kamu cari itu tak tak berbentuk tak terlihat, tak bertempat-pasti namun bisa dirasa keberadaannya di sepenuh jagad ini.
sedang putaran berwarna gading itu adalah pramana yang juga tinggal di dalam raga namun bagaikan tumbuhan simbar dipepohonan ia tidak ikut merasakan lapar kenyang haus lelah ngantuk dan sebagainya. dialah yang menikmati hidup sejati dihidupi oleh sukma sejati,ialah yang merawat ragatanpanya raga akan terpuruk menunjukkan kematian.
pukulun, jelaslah sudah tentang pramana dalam kehidupan hambalalu bagaimana wujudnya zat sejati itu? itu tidaklah mudah dijelaskan, ujar sang dewa ruci, gampang-gampang susahsebelum hal itu dijelaskan, kejar sang bima, hamba tak ingin keluar daritempat iniserba nikmat aman sejahtera dan bermanfaat terasa segalanya. itu tak boleh terjadi, bila belum tiba saatnya, hai werkudara mengenai zat sejati, engkau akan menemukannya sendiri setelah memahami tentang penyebab gagalnya segala laku serta bisa bertahan dari segala goda,di saat itulah sang suksma akan menghampirimu,dan batinmu akan berada di dalam sang suksma sejati janganlah perlakukan pengetahuan ini seperti asap dengan api, bagai air dengan ombak, atau minyak dengan susu perbuatlah, jangan hanya mempercakapkannya belaka jalankanlah sepenuh hati setelah memahami segala makna wicara kita inijangan pernah punya sesembahan lain selain sang maha luhurpakailah senantiasa keempat pengetahuan ini pengetahuan kelima adalah pengetahuan antara,yaitu mati di dalam hidup, hidup di dalam matihidup yang kekal, semuanya sudah berlalutak perlu lagi segala aji kawijayan, semuanya sudah termuat di sini. maka habislah wejangan sang dewaruci, sang guru merangkul sang bima dan membisikkan segala rahasia rasa terang bercahaya seketika wajah sang sena menerima wahyu kebahagiaan bagaikan kuntum bunga yang telah mekar.
menyebarkan keharuman dan keindahan memenuhi alam semesta dan blassss . . . !sudah keluarlah sang bima dari raga dewaruci sang marbudyengrat kembali ke alam nyata di tepian samodera luas sunyi tanpa sang dewaruci sang bima melompat ke daratan dan melangkah kembalisiap menyongsong dan menyusuri rimba belantara kehidupan
tancep kayon
salam,
Dinukil dari http://www.tashawuf.com/
ulisan dari bapak
Harmiel M Soekardjo
maaf bapak tanp seijinmu kupahat tulisan ini diblogku.
Mataku, matamu, dan matannya
Bu…k !! “tidak penting aku menunggu kamu disana, cukup disini”..
“berani kau”??
“tidak usah kau menggertakku dengan cara kerdil seperti itu, ayo kita hulubalang disini”
Buk…buk…buk….,prak..prak…prak…
“hey…hey…apa-apaan kalian ?? berhenti”!!! bentak si rio.
Tidak cukupkah dengan dijemur berjam-berjam oleh pah iskan. Aku faham apa yang kalian pertengkarkan, tidak prinsipil !!, masalah si Raka kan”??
Memang sejak kejadian itu, reraut senyum kedua pemuda itu Nampak tenggelam ditelan oleh kereta senja, yang mengantarkan senja keperaduan malam. Keduannya menyesali dan saling menyalahkan, kenapa semua itu harus terjadi.
Dear: KAKA yang lagi bengong!!
Pagi !!
Siang!!
Malam!!
Aku tidak peduli, kapan akan kau baca, rangkaian jiwa-jiwa ini , yang terpenting kau tahu, keberadaanmu begitu menghangatkan suasana…saat pagi, siang, malam…kini dingin, hilangg..bersama sapuan angin senja yang entah kapan akan berujung.
Gimana kabarmu ?? masihkah tetap seperti dulu.
“rasa ketakjubanku padamu , masih mengharapkanmu kau ada dalam gurauan yang kerap kali membuatmu sering mencelotehi aku memarahi aku, yang semakin membuat aku memahami bagaimana menjadi diriku sendiri. Itu akan selalu aku jadikan cerita.
Kau adalah sahabatku yang setia mengambilkan handukku kala aku mandi. Mencubiti kulitku hingga bentol-bentol saat aku tertidur saat mendengarkan cerita bapak guru, yang memang membosankan.
Sekarang kau lagi kenapa??. Pasti lagi bengong, mikirin si reni. Tidak usah kau risaukan si reni itu, dia akan ku jaga dengan baik. Setiap hari aku mandikan, aku beri minum susu, biar sehat kaya kamu.
Cobalah sesekali kau tengok dia, kamu nasehati dia, bilang jangan suka kencing di dalam rumah. Kamu tahukan, gimana ibukku jika marah, jangankan aku anaknya yang keceng ini, bapakku segede itu takluk minta ampun, kala taring ibukku kelihatan.
Aku minta maaf !!, jika aku jarang sekali mengunjungimu, tapi aku yakin kau faham. Kau sebagai sahabatku tidak ingin kan jika sahabatmu ini, tidak lulus lantaran masih sering keluyuran. Aku masih ingat pesanmu “hidup hanya sekali, buat apa kau hidup, jika keberadaanmu hanya seperti rerumputan di ladang pak ujang”.
UAN sebentar lagi Ka.. doakan aku ya…lulus dengan nilai yang baik !!, aku sudah berencana akan melanjutkan ke perguruan tinggi, entah ketinggian tingkat berapa. aku hanya sebatas ingin mencari dan menemukan apa yang sebenarnya diharapkan bapak dan ibuku, aku tidak ingin melihat di senja mereka kecewa lantaran aku masih belum mampu bermain-main dengan api dunia. Ku harap aku bisa dan tidak terbakar.
Kayak’ya mata kecilku sudah ngantuk banget!! Untuk kali ini cukup sampai disini..aku juga tidak ingin menganggumu lama-lama, nanti kau bosan membaca tulisan ku, yang sering kau bilang “huruf pallawa”. Kali ini ku hanya ingin melepas segala rasa keinginanku..yang tidak mungkin akan berpuncah.
Aku janji, aku akan selalu mengunjungimu sampai dipenghujung usiaku.
Aku minta maaf jika, aku belum bisa ngomong langsung keperaduanmu, aku masih belum berani membasahi kebun bungamu dengan keruhnya air mataku, karena kau sering menasehatiku “jadi lelaki haruslah setegar batu karang yang setiap saat siap memecah kerasnya ombak, dan tidak takut akan sepinnya malam, hadapilah dengan ketenangan jiwa dan wajah yang penuh dengan senyum keihlasan!!”.
Bilang kepadaku, jika rembulan itu sering malas-malasan menemanimu!! Akan aku adukan pada kang Bhuto biar dimakan habis!!.
Selamat tidur Ka…mimpi Indahlah kau disana.
wisnu prayoga
Surat itu ditinggalkan wisnu bersama serangkai mawar merah, tepat disebelah utara batu putih depan rumah KAKA saat ini.
Bersambung……………………………..
akhiran Al
berlabur untuk sekedar mengisi bekal
mengisi makanan pada kapal-kapal
hanya perlu ikhtiar dan tawakkal
hingga waktunya meniti perjalanan kekal
bukan hanya makanan sekepal
atau makanan kaum-kaum bebal
karena kita memiliki buku cerita tebal
pada setiap perjalanan dari nafas senggal
merangkainnya pada untaian amal
Peri kecilku
Biar mewangi….
Kan ku mandikan kau
Dengan selorot sinar mentari,
Biar berkilauan cahaya
Kan ku nyanyikan
Irama-irama alam
Biar keteduhan jiwamu
Bertalu…bertalu….
Lau terbanglah…
Hiasilah malam
peri kecilku…
3 januari 2008
hujan
Rama-rama basahi dedaunan
Dibasuh angin, dibias awan
Sekira lukisan diatas kanvas
Mengalir, mendinginkan
Membasahi, bahkan menghanyutkan
Hujan…hujan…
Menyuruh langit kepadamu,
Tetap tunduk dalam kepasrahan
Biarpun bumi sering mencelahmu
Hingga luka dan terkadang marah
Kau tetap setia
Intan berlian kau berikan
Kepada manusia…manusia…
3 januari 2008
Boleh kau bilang aku anjing
Kau bilang aku anjing
Sedang kemaluanmupun tak berujung
Lalu harus aku bilang apa kau
Setan…., iblis……
Jelas tak inginlah aku bilang kau malaikat
Apalagi aku menghamba kepadamu
Bolehlah kau bilang aku anjing
Jika katup kemaluanmu telah kau iris
Lalu kau persembahkan buat sesaji
Air kencingmupun tak mampu tumbuhkan,…
Rerumputan dipagar rumahku
Tidak usahlah kau marah
Buat apa…buang saja….
Cukuplah kau tersenyum
Dan akan aku sediakan bejana beserta riak airnya
Buat kau mengaca
Pastikan wajahmu, tertahan didalamnya
Biar kau tahu siapa dirimu sebenarnya.
3 januari 2008