Senin, 24 Agustus 2009

selamat menjalankan ibadah ramadhan 1930 H

semoga amal usaha kita diterima Allah SWT. amien

Minggu, 09 Agustus 2009

Anjing, Arab Saudi!

semua orang mengenal dan mengetahui bahwa dinegeri itu, ada dua kota suci, tidak boleh da pengingkaran terhadap sang khaliknya (madinah dan mekkah), tetapi kalau melihat begitu banyaknya warganya yang melakukan penyiksaan terhadap tenaga kerja asing termasuk yang berasal dari Indonesia, memunculkan pertanyaan besar, dibenak kita. ada apa dengan orang-orang itu, bukanah mereka merupakan bangsa yang katanya selalu menjungjung "kitab suci sebagai hukum" bahkan terkadang juga harus mewariskan dibelahan bumi yang lain. namun apa yang ada, tidak lebih sebatas tindakan "kaum-kaum jahiliyah". dengan seenaknya menyiksa orang-orang yang kebetulan bekerja dirumah-rumah mereka.

bahkan yang cuup mengagetkan dengan pernyataan duta besar Arab Saudi yang ada di Indonesia "kenyataan demikian hanya sedikit, hanya sekian sekian persennya saja" (maaf aku mengingat intinya begitu, saat mendengar dari televisi), pernyataan itu, seakan-akan memperlihatkan bahwa, apa yang terjadi sebatas kebiasaan yang bisa dilakukan sehari-hari. jelas tidak bisa dibenarkan, sekecil apapun penyiksaan terhadap manusia, yang jelas adalah penyiksaan.

kenapa kejadian yang mengerikan itu berulag kali terjadi, sedangakn katannya disana ada hukum dengan ukuran-ukuran teks-teks suci (kitab alquran). ataukah memang penguasa (arab saudi) tidak pernah berani menghakimi dengan adil penduduknya yang melakukan pelanggaran-pelanggaran itu.

pemerintah indonesia

ya sekali lagi, memang kita tidak bisa menyalahkan pemerintah, tetapi ketika melihat apa yang terjadi, pemerintah RI seharusnya memiliki responsif yang cepat. tentuhya bukan hanya mengeluarkan kecaman-kecaman lewat media, tetapi harus dengan tindakan yang riil. misalkan dengan membentuk badan-badan perlindungan terhadap TKI/TKW yang ada diluar negeri, terutama negara-negara yang banyak di huni TKW/TKI seperti Arab Saudi, Malaysia, Hongkong, Jepang, Jepang, Korea Selatan dan sebagainnya. dengan harapan ketika ada itu, masyarakat kita yang kebetulan mencari penghidupan disana, mendapat jaminan bahwa mereka akan selalu digaji dengan layak dan tidak disiksa seperti yang sering kita lihat ditelevisi.

KBRI (kantor besar kedutaan RI) yang ada di masing-masing negara, penulis pikir itu tidak cukup, sebab persoalan yang dihadapi bukan sebatas permsalahan tenaga kerja, masih ada masalah ekonomi (ekspor impor), politik, budaya, sosial dan sebagainnya. jadi pembentukan badan-badann pelindung tenaga kerja di masing-masing negara sangat perlu, dengan harapan meniadakan "dehumanisasi TKW/TKI". sebab TKW/TKI bukanlah budak yang bisa diperlakukan seenaknya (penyiksaan, pemerkosaan, peniadaan gaji). apalagi mereka merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar no. 2 bagi pembangunan Indonesia.

Hidup TKW/TKI

Rabu, 05 Agustus 2009

ready pengen kuliah

dia menunggu temannya yang sedang daftar ulang, di PKM UNEJ. saya kira dia calon mahasiswa baru "kamu maba"?. "tidak mas, saya hanya nunggu teman". dengan sedikit terpatah-patah dia nyletuk "aku nunggu setahun lagi mas, lagi tidak punya dana untuk kuliah sekarang".
dia senantiasa mempertanyakan, apakah kuliah disini (UNEJ) tidak ada keringanan biaya.
"ya mungkin saja ada" . aku berpikiran, bahwa rektorat merupakan sosok-sosok yang dibiayai negara, ketika dia mendapatkan pendidikan, aku berpifir bahwa mereka masih punya keterbukaan hati untuk memberikan sedikit peluang kepada orang-orang senasib ready.

bahkan, 3 hari yang sebelumnya saya mendapati, ada anak asli Jember, yang terpaksa harus kembali kerumahnya, walaupun dia telah lolos seleksi nasional (SNMPTN), tetapi apalah daya, biaya pendidikan di negeri ini, selalu menjadi penentu apakah orang itu berhak kuliah atau tidak.

dapat dipikirkan secara akal waras "sekelas UNEJ, yang bisa dibilang salah satu universitas negeri termurah di JATIM" masih banyak masyarakat disekitarnya yang tidak mampu menjangkau biaya pendidikan. apalagi di universitas-universitas yang lain, yang harga jualnya jauh lebih tinggi.

"walaupun anak itu sepandai gunung dan lolos seleksi SNMPTN tetapi ketika tidak mampu untuk membayar biaya masuk universitas, sudah jelas dia harus pulang". dan dia harus pasrah terhadap takdir, untuk mempertemukan guru-guru yang mampu memberikan pendidikan melebihi universitas, yang notabene pengajarnya banyak yang lulusan luar negeri.

sekian hari kontradiksi pendidikan itu memang semakin nampak. masyarakat miskin banyak yang tidak bisa naik kelas, seperti ready seorang anak kuli bangunan banyuwangi, dia0 hanya mengawang-awang dalam keinginan untuk bisa kuliah seperti teman-temanya, karena hak-hak pendidikan mereka terkangkangi oleh biaya-biaya yang terkadang dimanipulatif oleh pejabat-pejabat birokrasi, yang notabene sebagai kaum intelektual yang katanya secara sadar telah memahami realitas.

Jember, 5 Agustus 2009

Sabtu, 01 Agustus 2009

Foto Pak Djalal

berjalan-jalan di Jember, pasti anda semua akan melihat foto-foto pak Djalal dibaliho-baliho besar, disudut-sudut kota Jember. bahkan kalau melewati alun-alaun akan jelas, pak bagaimana foto pak Djalal menjadi satu simbol bahwa pak Djalal merupakan orang No. 1 di kota yang terkenal penghasil tembakau ini.

tetapi melihat, begitu banyaknya foto-foto pak Djalal yang hampir ada disetiap kegiatan-kegiatan pemerintahan, memberikan tanda tanya besar bagi saya. sebenarnya apa maksud yang dilakukan pak Djalal ini?. saya mengartikan bahwa pak Djalal ternyata juga tertular virus "narsisme Politik" yang melanda politisi dan elit pemerintahan indonesia.

melihat realitas itu, tidak ada salahnya kalau saya berspekulasi "mungkin bapak Djalal, ingin kembali menjadi bupati Djember untuk periode mendatang". dan apa yang dilakukan pak Djalal bisa dibilang sebagai "kampanye terselubung". tetapi untuk membuktikan ini, bisa kita lihat di pemilihan Bupati Jember periode mendatang, kalo memang benar demikian, berarti ini benar. jadi pernyataan awal saya tadi sebatas hipotesis dasar, tentang perkiraan desaign politik, pemerintahan pak Jalal saat ini. tetapi kalau ingin melihat sebenarnya, ya...pastinya bisa langsung mempertanyakan ke bapak Jalal.he...

memang bisa dikatakan, hal itu wajar-wajar saja. memang rakyat harus tahu, wajah pemimpinnya, walaupun hanya sebatas foto. hanya saja, kalau selalu demikian, apakah tidak terlalu menjadikan alat pencemburu bagi rakyat. apalagi bagi rakyat jember, yang notabene secara kesejahteraan bisa dibilang belum mapan. bagi pemimpin menjaga hati rakyat adalah wajib, pemimpin adalah pengayom, ketika masih ada satu saja rakyatnya yang belum sejahtera baik skla ekonomi dsb, ya harus di tanggung. bukan malahan gaya-gayahan. kok ga' sungkan lho pak.