Kamis, 22 Oktober 2009

SURGA ITU, ADA DI MERU BETIRI


Siang itu cukup panas (18/10/09). Serasa matahari menjadi mesin oven, dan manusia ibarat kue yang cukup beberapa menit saja untuk menanakkannya. Setiba ngopi di mak, di pedalaman Jl. Jawa 4 Jember, saya dan kawan karib saya Chus, tiba-tiba terbesit rencana lama yang belum terealisasi. Sekitar adzan dhuhur, kesepakatan itu terjadi. Kesepakatan bersafari ke Taman Nasional Meru Betiri, Tidak asingnya disebut Bande Alit, tempat konservasi sumber daya alam. Tempat perlindungan berbagai jenis tanaman dan hewan-hewan langka. Seperti banteng, harimau, babi hutan, rusa. Dan tempat dimana keindahan itu berada.
“Tapi sebelum brangkat, tak selesaikan Undangan tentir dulu yo”. Ungkapku menyetujui.
Setelah istirahat sebentar dari obrolan ngopi, kami langsung pergi ke Prima, dalam waktu cukup singkat, undangan belajar bareng UTS (Ujian Tengah Semester) selesai di Print. Sudah biasa ketika ujian akan datang, bersama kawan-kawan melakukan rutinitas untuk belajar bareng, dengan harapan saat Ujian kita mampu mengerjakan soal-soal dosen yang cenderung teks book.
“Cukup 50 ribu berdua”?. tanya Chus setelah mengambil uang dari mesin duwek (ATM)
“Cukup, yang penting kita tidak banyak beli makan” terangku.
Melihat Jam ditanganku menunjukkan pukul 14.15 WIB, kami langsung meluncur. Dengan menyela-nyela ingatan arah jalan yang mulai memudar, kami cukup Optimis, mampu mencapai tujuan yang kami harapkan. “kan due lambe, kita nanti bisa tanya orang-orang di jalan, yang penting usaha dulu”. Celetukku.
Tiba memasukki gerbang Meru Betiri, saking semangatnya kami langsung nylonong saja, tidak menghiraukan pos petugas, yang menghimbau seluruh wisatawan, untuk lapor.
“dek..dek..mau kemana”?. panggil petugas dengan kesal, melihat tingkah kami. “Lapor dulu dek, sebelum masuk, dan harus bayar karcis dulu” imbaunya.
Dengan sedikit malu, saya langsung meyodorkan uang lima ribuan “Oh…maaf Pak, kami kira bisa langsung masuk, kami mau mancing Pak”. Ungkapku dengan bumbu apologi.
“Hati-Hati dek ya!, soalnya kemarin (menjelang hari raya Idul Fitri) ada yang terseret ombak, dan kalau mancing sebelah timur saja ya, sebelah barat ombaknya besar”. Tambah Pak petugas. Mendengar itu, saya sedikit gusar untuk dekat-dekat pantai, maklum laut di Bande Alit, termasuk kawasan pantai selatan, yang langsung bersentuhan dengan samudra Hindia.
Setelah itu, langsung kami melanjutkan setengah perjalanan lagi, sebelum sampai di kawasan pantai Meru Betiri, sebelumnya kami harus melewati medan jalan yang membuat kami menghela nafas panjang. Hampir separuh perjalanan dari gerbang masuk, bebatuan terjal, cukup menghambat gelindingan ban motor butut kami. Tetapi terjalnya jalan itu, semakin meyakinkan kami bahwa Meru Betiri cukup alami dibandengkan kawasan hutan yang lain.
Disepanjang jalan, heterogenitas pohon-pohon besar, mengantarkan angin gunung yang siap menyapu keringat kami. Ah..segarnya, “Alam memang menawarkan segalanya” geliat otakku, yang sebelumnya jenuh dengan hiruk-pikuk kampus.
“Drul, photo Drul” seru Chus ingin mengabadikan perjalanannya dalam gambar. Disamping papan nama dibalik pagar hijau yang menginformasikan, bunga yang cukup terkenal “Raflesia”, atau bunga bangkai yang awal mula ditemukan di Kalimantan oleh orang Belanda “Raflesia Arnoldi”. Tetapi kami tidak sempat mengintip wajah bunga itu, tanjakkan tangga ditempat itu, namPaknya cukup memakan waktu panjang, sedangkan perjalanan kami masih panjang.
Jam 16.30 WIB, kami lapor ke pos kedua, mengisi buku laporan dan sedikit senyum cukup mengakrabkan kami dengan para petugas. “Dari mana mas, kesini dalam rangka apa”? tanya sama dengan petugas sebelumnya.
“Dari UNEJ Pak, mau mancing katanya disini ikannya besar-besar”. Jawab kami.
Pukul 16.40 WIB, akhirnya kami menaPakkan kaki kami, di salah satu ujung dunia “pantai Bande Alit”, pantai yang biasanya hanya bisa kita lihat di situs internet akan keindahannya. Luar bias, Nusantara, memang benar apa yang dituturkan baPak dan ibu guruku waktu SD, Indonesia indah kaya raya, membentang sepanjang khatulistiwa, ombak pantai selatan yang berdendang bersama nyanyian para nelayan. “Alam Indonesia adalah berkah Tuhan”. Jangankan dilaut, dijajaran terumbuh bakau saja, udang dan ikan keleleran, apalagi dilaut.
Ditemani camar, kami menyusuri pantai. Senja pun ikut menghias perjalanan kami, yang malu-malu sembunyi sedikit demi sedikit ke balik bukit. Sungguh lukisan alam itu begitu indah, mengalahkan nilai artistik wajah Monalisa. Namun, besarnya ombak terus mengingatkan kami tentang apa yang disampaikan para petugas, kami cukup memandangi tubuh mereka dari kejauhan saja. Kami hanya menyalamkan kaki kami, dengan putihnya kulit bui yang diantarkan ombak menepi.
Petang pun, mulai menyeruak. Pupil mata kami, semakin lebar, mencari dimana ada cahaya. Hanya ada satu cahaya ditengah-tengah laut, mungkin uplik para nelayan. Bintang sore yang menyapa kami pun beberapa saja.
Hening, tak seperti nuansa kota Jember yang dimandikan cahaya apalagi di alun-alun, cahayanya menantang langit, menyamarkan bintang kejora dari pandangan para penikmat kopi di depan kantor bupati.”Ayo kembali ke perkampungan, kita cari masjid dan tempat makan, untung-untung ada yang beri tumpangan bermalam,” Ajakku.
Saat lampu motor mulai menyala, kami sangat kaget, kami mendapati dua hewan besar bekejaran “Macan Drul!, ”. Sentak Chus. “Seng bener!,” Tandasku. Kami belum bisa memastikan aPakah itu benar sang raja hutan, cukup samar. “Badannya kekar, lehernya rata dengan kepalanya”. Terang Chus lagi.
Tidak mau mengambil resiko lebih besar, akhirnya Chus menawarkan ide “Jalannya mulus ga’, kalau iya, kita langsung ngebut saja,”. Tawar Chus. “Ya lumayan, ayo langsung saja, yang penting nanti bisa sampai perkampungan,”. Tegasku. Akhirnya kami pun terbirit-birit sambil deg-degan. Dan Alhamdulillah, kami sampai di perkampungan.
“Drul, ada kantor informasi, kita coba numpang situ” sahut Chus, ketika kami mendapati kantor polisi kehutanan.
Kami mendapati dua pria bercengkerama di ruang tamu kantor itu “Assalamu’alaikum, Pak kami kemalaman, numpang menginap bisa Pak,” Tanya kami dengan terbata-bata.
“Mangga, dari mana,”?. Jawab polisi itu.
“Kampus Pak, FISIP UNEJ,?”. Jawab kami.
“Dari MAPALUS,”. Tambah baPak itu.
“Bukan Pak, kami bukan dari MAPALUS,”. Sahut kami. Sudah biasa Meru Betiri, sering dikunjungi para pecinta alam, khususnya mahasiswa dari UNEJ, yang aktif dalam organisasi pecinta alam. Seperti Mapalus (FISIP), Gemapita (FKIP), Bekisar (FE) yang diceritakan Pak Budi SP. Mereka kesana, biasanya untuk pelatihan ataupun penelitian tentang konservasi alam.
Dua lelaki itu, dilihat dari kerutan di keningnya bisa disimpulkan, sekitar berumur 60 tahun, namun segarnya angin gunung membuat mereka tamPak masih enerjik. Dengan senyum, mereka menyuruh kami untuk masuk ruang kerja mereka. Dalam celetuk hati, kami cukup bersyukur, dibekali ilmu public relation, walaupun baru bertemu beberapa menit, canda-gurau tak terelekkan lagi. Kami pun mengobrol panjang lebar dengan Pak Budi dan Paijan.
Sesaat setelah kami duduk di keramik putih itu, Pak Budi langsung memberikan pinutur kepada kami, “kalau jadi orang, ojo dumeh,”. Dia menceritakan kepada kami, tidak adanya tempat bagi tamu yang “Adigang-adigung-adiguno”, dalam artian tidak santun, sebelumnya kami tidak faham dengan apa yang dimaksud Pak Budi, kami kira kami terlalu sombong bagi mereka, tetapi setelah mendengarkan kelanjutan cerita Pak Budi dan diperbolehkannya kami menginap semalam, kami baru sadar, Pak Budi tidak berharap ketidak sopanan itu ada didiri kami. Sebab dulu ada beberapa mahasiswa tidak diperkenankan menginap, walaupun mereka jauh-jauh dari luar propinsi, karena membuat kotor dan tidak punya unggah-ungguh. Kami tidak tahu jelas, apa yang dilakukan para mahasiswa yang diceritakan Pak Budi, hingga mereka tidak mendapatkan bantuan menginap di pos informasi itu. Dan tidak mau seperti nasib para mahasiswa itu, kami mencoba bersikap sesopan mungkin, dengan harapan tidak menyinggung tuan rumah, maklum setiap individu dan masyarakat itu, mempunyai ukuran norma-norma tersendiri.
Perbincangan kami cukup panjang, apalagi dengan kedatangan Pak Budi SP (kepala lahan konservasi tersebut), namanya mirip ‘Budi’. Saat dia datang, perbincangan kami semakin menarik, apalagi ketika Pak Budi SP mencerikan tentang tanaman-tanaman obat yang ada di Meru Betiri. Menurut Pak Budi SP ada sekitar 500 jenis tanaman obat-obatan dari total sekitar 2000 tanaman yang ada di Indonesia. Selain itu Meru Betiri meruPakan salah satu lahan konservasi yang dijadikan percontohan, lahan-lahan konservasi diseluruh Indonesia.
Tidak hanya tentang alam, Pak Budi SP pun mengomentari pedas tentang sinetron yang ada di Indinesia “Saya itu tidak suka dengan Sinetron kebanyakan, kalau ceritanya tidak rebutan harta ya..rebutan gendaan (pacar), saya lebih suka film perang dek,”. Tuturnya.
Tetapi cerita yang paling menarik, tentang kelucuan “Gomblo” nama salah satu rusa yang dilindungi di wilayah tersebut, Pak Budi SP menceritakan bahwa kehidupan masyarakat disini (Meru Betiri), sudah menyatu dengan masyarakat, mereka akan marah kalau hewan-hewan yang ada di daerah itu di lukai apalagi dicuri. Seperti yang diungkapkan ibu Aminah, saat kami membeli mie goreng untuk makan malam “Jangan coba-coba mencuri apapun dari sini, kalau masih ingin kembali”. Masyarakat disana namPaknya, sangat menyayangi hewan-hewan itu. Bahkan Gombloh, ketika mendekat ke pemukiman penduduk, masyarakat akan memberikan makanan yang mereka punya seperti nasi, buah dan lain-lain. Walaupun sebenarnya kondisi mereka bisa dibilang miskin, kalau dibandengkan dengan penduduk yang ada di wilayah Jember yang lain. Rumah mereka, masih terbuat dari bambu. listrik pun belum masuk, masih menggunakan genset, itupun cuma sebentar, sekitar jam 18.00 WIB dan mati pukul 21.30 WIB. Pendapatan penduduknya saja, hanya Rp. 6.500, itu didapatkan dari kerja diperkebunan jam 07.00 WIB-12.00 WIB.
“Satu ilmu baru Drul” kata Chus. Tiba-tiba Pak Paijan mengajak kami berburu udang di muara, kami tidak menyangka, di air bening dan tenang itu, yang sore itu, kami gunakan untuk cuci muka. Ada udang yang besar-besar, gumanku “Seperti tambak di daerahku Gresik” perbedaannya, kalau di tambak udang-udang itu harus di pelihara diberi makan setiap hari, tetapi di muara itu, udang-udangnya berkembang dengan sendirinya, pokoknya tanaman bakau yang menghimpit muara itu tidak dirusak. Seperti di kebanyakan pantai-pantai yang aku temui, karang-karang dirusak, bakau-bakau digusur dijadikan tempat wisata. Padahal telah dipahami bersama bahwa keberadaan bakau itu, sangat berarti bagi proses kehidupan ekosistem di pinggir laut.
Tidak ada satu jam, plastik yang dibawah Pak Paijan dari tempat kerjanya, sudah berisi banyak udang “Kok jarang ya..,mungkin karena air pasang”. Ujar Pak Paijan, yang keheranan. Air muara itu setinggi lutut, hanya berbekal lampu senter, udang-udang itu dengan mudah kami temukan, matanya yang merah tamPak semakin menyala kala cahaya senter itu diarahkan ke tubuh mereka, dan dengan sendirinya udang-udang itu berhenti dan menggali pasir. “Senter dimatikan, dan chek,”. Ajar Pak Paijan kepada kami, yang baru pertama kali menangkap udang.
“Sudah, ayo kita pulang,”. Ajak Pak Paijan. Cukup beberapa saat saja, kita telah mendapatkan banyak udang buat lauk, di pagi hari. –ternyata alam memang menyediakan segalanya, untuk keperluan hidup manusia, sayangnya terkadang manusia rakus, kerusakan pun tidak bisa dielakkan, akhirnya manusia sendiri yang mengalami kesulitan, karena jumlah manusia terus bertambah, sedang alat pemenuhan hidupnya terbatas-. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban bagi kita semua, menjaga alam. Bersahabat dengan hidup, bersahabat dengan alam.
Mungkin karena kecapekkan, kami, Pak Budi dan Pak Paijan bangun kesiangan. “Kalau tidak kesiangan, tadi bisa lihat banteng atau babi hutan, yang biasa bergerombol”. Kata Pak Paijan
“Mau kemana Pak Budi,?” Tanya kami. “Mau turun dulu”! timpal Pak Budi. Pak Budi dan Pak Paijan kerja sip-sipan (kerja paruh waktu), jadi tidak mesti ada disana. Rumah keluarga Pak Budi sendiri ada di Jenggawa, walaupun sebenarnya dia asli Klaten Jawa Tengah.
Sesaat kemudian, kami pun berpamit ke Pak Paijan juga, mau langsung pulang, kita tidak berharap kemalaman dijalan, tetapi sebelum itu kami ke pantai dahulu, melanjutkan rencana kami mancing. Tetapi sayangnya kami tidak membawa umpan, kami kira kita bisa membeli umpan disana, tetapi ternyata tidak ada yang menjual. Masyarakat yang biasanya mancing, biasanya memakai umpan udang, sedang untuk mendapatkannya saat malam hari, seperti yang kami lakukan dengan Pak Paijan tadi malam. Kami tidak terpikirkan sama sekali, untuk meniyisahkan beberapa ekor untuk umpan, semuanya sudah digoreng untuk sarapan.
Jadi gagal lagi, acara mancingku, gara-gara tidak ada persiapan yang matang. Tetapi tidak apalah, semuanya telah tergantikan satu tambahan pengalaman, yang belum tentu bisa kutemui kembali. Sebab proses perjalanan hidup hanya sekali, dalam mengarungi detik-detik usiaku.[DBT]

Oleh: Badrul Tamam

Kamis, 08 Oktober 2009

Bencana

ada Gempa di Tanah Rencong!
Gempa, pertanda apa?
Tanda apa, yang bisa kita tahu kalau ada Gempa?
Siapa yang bisa tahu ada Gempa.
Gempa, ada yang mengatakan fenomena
alam bahkan adzab tuhan.

tetepi semuanya bisa, karena dunia adalah serba kemungkinan,
yang hanya kita bisa, melakukan
bukan meratap, karena tuhan pun tak sudi
bagaimana gempa bisa menjadi satu pelajaran berharga
untuk apapun, dalam bermanusia.
bercinta bersesama

moga semuanya, bisa kembali baik.
seperti apa yang diinginkan...apapun.

Senin, 24 Agustus 2009

selamat menjalankan ibadah ramadhan 1930 H

semoga amal usaha kita diterima Allah SWT. amien

Minggu, 09 Agustus 2009

Anjing, Arab Saudi!

semua orang mengenal dan mengetahui bahwa dinegeri itu, ada dua kota suci, tidak boleh da pengingkaran terhadap sang khaliknya (madinah dan mekkah), tetapi kalau melihat begitu banyaknya warganya yang melakukan penyiksaan terhadap tenaga kerja asing termasuk yang berasal dari Indonesia, memunculkan pertanyaan besar, dibenak kita. ada apa dengan orang-orang itu, bukanah mereka merupakan bangsa yang katanya selalu menjungjung "kitab suci sebagai hukum" bahkan terkadang juga harus mewariskan dibelahan bumi yang lain. namun apa yang ada, tidak lebih sebatas tindakan "kaum-kaum jahiliyah". dengan seenaknya menyiksa orang-orang yang kebetulan bekerja dirumah-rumah mereka.

bahkan yang cuup mengagetkan dengan pernyataan duta besar Arab Saudi yang ada di Indonesia "kenyataan demikian hanya sedikit, hanya sekian sekian persennya saja" (maaf aku mengingat intinya begitu, saat mendengar dari televisi), pernyataan itu, seakan-akan memperlihatkan bahwa, apa yang terjadi sebatas kebiasaan yang bisa dilakukan sehari-hari. jelas tidak bisa dibenarkan, sekecil apapun penyiksaan terhadap manusia, yang jelas adalah penyiksaan.

kenapa kejadian yang mengerikan itu berulag kali terjadi, sedangakn katannya disana ada hukum dengan ukuran-ukuran teks-teks suci (kitab alquran). ataukah memang penguasa (arab saudi) tidak pernah berani menghakimi dengan adil penduduknya yang melakukan pelanggaran-pelanggaran itu.

pemerintah indonesia

ya sekali lagi, memang kita tidak bisa menyalahkan pemerintah, tetapi ketika melihat apa yang terjadi, pemerintah RI seharusnya memiliki responsif yang cepat. tentuhya bukan hanya mengeluarkan kecaman-kecaman lewat media, tetapi harus dengan tindakan yang riil. misalkan dengan membentuk badan-badan perlindungan terhadap TKI/TKW yang ada diluar negeri, terutama negara-negara yang banyak di huni TKW/TKI seperti Arab Saudi, Malaysia, Hongkong, Jepang, Jepang, Korea Selatan dan sebagainnya. dengan harapan ketika ada itu, masyarakat kita yang kebetulan mencari penghidupan disana, mendapat jaminan bahwa mereka akan selalu digaji dengan layak dan tidak disiksa seperti yang sering kita lihat ditelevisi.

KBRI (kantor besar kedutaan RI) yang ada di masing-masing negara, penulis pikir itu tidak cukup, sebab persoalan yang dihadapi bukan sebatas permsalahan tenaga kerja, masih ada masalah ekonomi (ekspor impor), politik, budaya, sosial dan sebagainnya. jadi pembentukan badan-badann pelindung tenaga kerja di masing-masing negara sangat perlu, dengan harapan meniadakan "dehumanisasi TKW/TKI". sebab TKW/TKI bukanlah budak yang bisa diperlakukan seenaknya (penyiksaan, pemerkosaan, peniadaan gaji). apalagi mereka merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar no. 2 bagi pembangunan Indonesia.

Hidup TKW/TKI

Rabu, 05 Agustus 2009

ready pengen kuliah

dia menunggu temannya yang sedang daftar ulang, di PKM UNEJ. saya kira dia calon mahasiswa baru "kamu maba"?. "tidak mas, saya hanya nunggu teman". dengan sedikit terpatah-patah dia nyletuk "aku nunggu setahun lagi mas, lagi tidak punya dana untuk kuliah sekarang".
dia senantiasa mempertanyakan, apakah kuliah disini (UNEJ) tidak ada keringanan biaya.
"ya mungkin saja ada" . aku berpikiran, bahwa rektorat merupakan sosok-sosok yang dibiayai negara, ketika dia mendapatkan pendidikan, aku berpifir bahwa mereka masih punya keterbukaan hati untuk memberikan sedikit peluang kepada orang-orang senasib ready.

bahkan, 3 hari yang sebelumnya saya mendapati, ada anak asli Jember, yang terpaksa harus kembali kerumahnya, walaupun dia telah lolos seleksi nasional (SNMPTN), tetapi apalah daya, biaya pendidikan di negeri ini, selalu menjadi penentu apakah orang itu berhak kuliah atau tidak.

dapat dipikirkan secara akal waras "sekelas UNEJ, yang bisa dibilang salah satu universitas negeri termurah di JATIM" masih banyak masyarakat disekitarnya yang tidak mampu menjangkau biaya pendidikan. apalagi di universitas-universitas yang lain, yang harga jualnya jauh lebih tinggi.

"walaupun anak itu sepandai gunung dan lolos seleksi SNMPTN tetapi ketika tidak mampu untuk membayar biaya masuk universitas, sudah jelas dia harus pulang". dan dia harus pasrah terhadap takdir, untuk mempertemukan guru-guru yang mampu memberikan pendidikan melebihi universitas, yang notabene pengajarnya banyak yang lulusan luar negeri.

sekian hari kontradiksi pendidikan itu memang semakin nampak. masyarakat miskin banyak yang tidak bisa naik kelas, seperti ready seorang anak kuli bangunan banyuwangi, dia0 hanya mengawang-awang dalam keinginan untuk bisa kuliah seperti teman-temanya, karena hak-hak pendidikan mereka terkangkangi oleh biaya-biaya yang terkadang dimanipulatif oleh pejabat-pejabat birokrasi, yang notabene sebagai kaum intelektual yang katanya secara sadar telah memahami realitas.

Jember, 5 Agustus 2009

Sabtu, 01 Agustus 2009

Foto Pak Djalal

berjalan-jalan di Jember, pasti anda semua akan melihat foto-foto pak Djalal dibaliho-baliho besar, disudut-sudut kota Jember. bahkan kalau melewati alun-alaun akan jelas, pak bagaimana foto pak Djalal menjadi satu simbol bahwa pak Djalal merupakan orang No. 1 di kota yang terkenal penghasil tembakau ini.

tetapi melihat, begitu banyaknya foto-foto pak Djalal yang hampir ada disetiap kegiatan-kegiatan pemerintahan, memberikan tanda tanya besar bagi saya. sebenarnya apa maksud yang dilakukan pak Djalal ini?. saya mengartikan bahwa pak Djalal ternyata juga tertular virus "narsisme Politik" yang melanda politisi dan elit pemerintahan indonesia.

melihat realitas itu, tidak ada salahnya kalau saya berspekulasi "mungkin bapak Djalal, ingin kembali menjadi bupati Djember untuk periode mendatang". dan apa yang dilakukan pak Djalal bisa dibilang sebagai "kampanye terselubung". tetapi untuk membuktikan ini, bisa kita lihat di pemilihan Bupati Jember periode mendatang, kalo memang benar demikian, berarti ini benar. jadi pernyataan awal saya tadi sebatas hipotesis dasar, tentang perkiraan desaign politik, pemerintahan pak Jalal saat ini. tetapi kalau ingin melihat sebenarnya, ya...pastinya bisa langsung mempertanyakan ke bapak Jalal.he...

memang bisa dikatakan, hal itu wajar-wajar saja. memang rakyat harus tahu, wajah pemimpinnya, walaupun hanya sebatas foto. hanya saja, kalau selalu demikian, apakah tidak terlalu menjadikan alat pencemburu bagi rakyat. apalagi bagi rakyat jember, yang notabene secara kesejahteraan bisa dibilang belum mapan. bagi pemimpin menjaga hati rakyat adalah wajib, pemimpin adalah pengayom, ketika masih ada satu saja rakyatnya yang belum sejahtera baik skla ekonomi dsb, ya harus di tanggung. bukan malahan gaya-gayahan. kok ga' sungkan lho pak.

Jumat, 24 Juli 2009

bom

ada bom lagi di negaraku.
ada yang mati.
yang mati berambut pirang.
ah...pengecut kau pengebom.
dijanjikan apa kau?
surga...
masih wangikah surga di hatimu.

Kamis, 11 Juni 2009

pemimpin

pemimpin itu seperti pohon yang menaungi sekian kehidupan di bawahnya, kalau ada panas dan badai, maka dialah pertama yang akan merasakan.
pemimpin itu, harus orang yang senantiasa takut dengan jabatan, karena itu adalah amanah yang harus dijalankan dengan sebenar-benarnya.
pemimpin itu rasa nasionalisme dan patriotisme selalu di junjung, bahkan ketika nyawa sedang meradang.
pemimpin itu, nahkoda handal...yang siap mengarungi ganasnya samudra.
pemimpin itu, seperti burung garuda
kokoh, wibawa..
berani.
bukan seperti tempe isi kacang kedelai atau tahu
lembek..

PILPRES 2009

Wahai bapak-bapak dan ibu-ibu calon presiden dan wakil presiden.
jika memang kalian pantas menjadi pemimpin kami, ya tunjukkanlah bahwa Indonesia bisa menjadi lebih sangat baik. bukan hanya lebih baik.

jangan terlalu narsis politik
kerja belum apa-apa, sudah minta sekian pujian rakyatnya.
emang tidak malu, masih ada sekian rakyat dibawah garis kemiskinan.

dosa kau
masuk neraka kau.

kalau memang percaya pada hari akhir,
kalau terlalu ceria diatas sana...dengan sekian penderitaan rakyat, ya tunggu saja
balasannya..


sebagai rakyat jelata.
kalau bapak-bapak dan ibu-ibu tidak benar-benar menjalankan amanah dengan sebenar-benarnya,
maka saya dengan segenap jiwa mendoakan dosa-dosa bapak-bapak dan ibu-ibu diringankan hukumannya di akhirat nanti.
tetapi kalau emang tidak percaya hari akhir. ya tinggal tunggu sajalah kematian kalian, dengan sekian cercaan dan hinaan rakyat,
mau...mati diludahi hinaan rakyat..

dengan penuh keyakinan bahwa tidak semuanya pemimpin politik itu buruk, tetapi jangan lah terlalu berbangga dengan sekian langkah, walaupun besar. itu sangat menyakiti hati rakyat. masih banyak orang-orang yang tidak mendapatkan perhatian negara.

kalau memang tidak siap membawa bangsa dan negara ini kearah lebih snagat baik,
ya tidak usahlah, menampakkan wujud bah pahlawan.
rakyat tidak butuh pahlawan..
sekarang rakyat butuh makan,
biar gelar pahlawan itu, cukup melekat di hati-hati rakyatmu..

pejabat-pejabat negara ini, sangat sadis. bahkan bisa dikatakan psikopat. ketika rakyatnya terbelenggu dalam lingkaran kemiskinan, malahan hal itu dijadikan batu loncatan berebut kursi jabatan. apakah itu, jiwa dari orang-orang yang sadar keadaan.

Hidup rakyat...hidup rakyat...hidup rakyat...
sebagai rakyat kami akan menghormati bahkan menjunjung dan menjagamu, bahkan tidak akan ada darah setetes pun dari tubuhmu (para pemimpin negeri ini), bila kalian benar-benar memperjuangkan rakyat.

Sabtu, 16 Mei 2009

SBY menggandeng Boediono

sepakat-sepakat saja, asal ebih baik dari yang kemari. kalau tidak mending pak SBY pulang kedaeranya saja (Pacitan). dan bercocok tanam padi-padian, singkong-singkongan, timun-timunan bersama para petani yang sampai saat ini masih termarjnalkan.

tolak pemimpin tidak untuk rakyat
bakar saja jika itu memang terjadi
dengan api dan bara di hati
lawan
lawan
dan lawan.!

Selasa, 12 Mei 2009

Jember Ke Jogja

beberapa hari yang lalu aku melakukan perjalanan dari Jember ke Jogjakarta.
disepanjang jalan aku melihat hamparan sawah hijau nan elok menandakan betapa kaya negeri ini. hijau..benar-benar hijau, bukan ilusi atau imajinasi.

tetapi, disepanjang perjalananku...didalam kereta.
hampir setiap menit kudapati pengamen, pengemis, pedagang asongan yang tidak pernah surut. seperti air bah yang mau menjebol batas-batas besi kereta besi.

bebarengan denbgan itu, kusaksikan...
sekian bangunan menjulang...tetapi,...
ya...lagi-lagi tetapi,..
berkontradiksi..ada sekian penggusuran bangunan paling banyak disurabaya


lalu aku melihat keruunan manusia...berteriak kecopetan di kereta..
lalu aku membau toilet kereta api yang sedikit pesing karena tidak disiram, karena harga air mahal, mung
kin.


dan kusaksikan manusia berlomba-lomba menghabiskan jajanan pasar di malioboro

benarkah itu Indonesia????

Minggu, 03 Mei 2009

kampus dan mahasiswa

positivistik
bodoh..
lalu postmodernis
lebih bodoh lagi
bukan pendidikan
hanya pengajaran..
bodoh lagi..
input..bodoh.
proses bodoh.
Outpun pasti bodoh.

yang diajarkan hanya uang..
yang dijanjikan hanya untuk memperoleh jabatan.

pendidikan..
pendidikan..
oh..pendidikan.
bagaimana wajahmu kini.
apa tujuanmu kini..
harapanpu..?

6 juta warga Indonesia Gila

Semoga saja Pemimpinnya juga tidak ikut Gila

BHP bukan komersialisasi dunia pendidikan

tetapi....pembodohan massal bangsa Indonesia
jadi tetap harus kita tolak secara mentah-mentah
tidak usah matang-matang

Sri Mulyani memperkosa Rakyat

kau tidak becus menjadi menteri keuangan!

jancuk kau....

kepada. bapak presiden susilo bambang yudhoyono

assalamualaikum

politisi jancuk!

buat politisi busuk

jancuk kau!
lidahmu bah pedang
ya pedang..
membunuh tiap harapan rakyat..

jancuk kau!
bau busuk mulutmu..
tercium sudah di neraka.!

jancuk kau!
wajahmu bah topeng..
tiap saat bisa kau ganti..

jancuk kau!
bertuhan..tetapi kelakoanmu itu..
ibarat rubah..

jancuk kau!
sesat..menyesatkan..

jancuk kau!
mati sajalah..kau.

Selasa, 21 April 2009

seri politik

jangan pilih politik busuk

ciri-ciri politik busuk:
1. dalam berkampanye selalu mengedepankan materi (pasti ketika dia menjadi pejabat dia minta balen (kembalian uang kampanye)
2. selalu menjelek-jelekkan pesaing yang lain, dengan mematikan karakter.
3. tindakannya selalu spontanitas dan tergesa-gesa (politikus macam ini pasti kerjanya tidak becus, karena teledor dan dipastikan tidak konsisten dengan apa yang diucapkannya)
4. selalu mengedepankan kepentingan golongan tetapi bukan kepentingan negara (politikus semacam ini pasti tidak akan pernah menjadi seorang negarawan, yang dia bangun dan kedepankan pasti hanya golongannya saja).
5. suka mengumbar janji...tanpa ada bukti kongkrit sebelumnya (peran dia di masyarakat)
6.pikirannya selalu anarkhis (politikus macam ini pasti mentoloan kejam seperti Nicalo Machiavelli, atau seperti suharto.
7. suka akan dipuji (politikus semacam ini, pasti bukan yang politikus sejati)

NB: ciri-ciri yang lain bisa ditambahkan sendiri sesuai dengan keinginan.

never to loses

never to loses

Sabtu, 14 Maret 2009

manusia

seluruh makhluk hidup akan mati
manusia adalah makhluk hidup

jadi manusia akan mati..
yang jelas kita semua sekarang lagi menunggu mati..
entah kapan...??
raga kita sebatas daging dan tulang..

lalu siapa yang menggerakkan..
materi?
arwah?
roh?
jiwa?

siapapun yang tahu jawabannya, selamanya tidak akan pernah bisa memperlihatkan secara nyata ke inderawi manusia...
rahasia...memang rahasia..tetapi masing-masing jiwa punya hak untuk mengetahuinya...
demi mengetahui siapa dirinya....
siapa sejatinya dia..

apa kabar?

apa kabar dunia?
masihkah sekarat dalam belenggu...
disetiap desah nafas..dan keinginanmu..

moga kau baik-baik saja..
sebab banyak pertarungan..untuk memperebutkanmu..
salam, dan selamat siang..untuk seluruh umat manusia.

Sabtu, 03 Januari 2009

PERANG

PERANG..
PERANG LAGI..
SEMAKIN MENJADI..

LIDAH ANJING KEREMPENG..
BERDECAK KERAS BERINGAS.
TENTANG AYAHNYA YANG MATI,
TENTANG KAKEKNYA YANG MATI,
TENTANG SAUDARANYA YANG MATI,
TENTANG ANAKNYA YANG MATI,
TENTANG ISTRINYA YANG MATI,

TAK SANGGUP AKU MELIHAT, LUKAMU KAWAN
DICUMBU LALAT,
TAK KUAT AKU MENDENGAR, JERIT MU KAWAN MELEBIHI DENTUM MERIAM..

(IWAN FALS)

TAHUKAH KAMU BAHWA PBB (PERSATUAN BANGSA-BANGSA) MANDUL
TIDAK BISA BERBUAT APA-APA
MAKLUM,
ISINYA SEMUANYA JUGA YAHUDI

HENTIKAN PERANG DI PALESTINA

TIDAK ADA KEBENARAN APAPUN DALAM PERANG.
SEMOGA TUHAN MEMBERIKAN KETABAHAN KEPADA PALESTINA.
DAN SESEGERA MUNGKIN MENGUTUT 'WARGA ISRAEL' (JAHAT) JADI BATU.

YA ALLAH..AKU BERSIMPU DIHADAPANPU.
KUTUK ISRAEL JADI BATU
KUTUK MEREKA.
AKU TIDAK TAHU KENAPA PANJENENGAN MENCIPTAKAN
ORANG-ORANG YAHUDI
YANG TERKENAL JAHAT DAN LICIK
PASTINYA ENGKAU MEMILIKI CERITA
TETAPI AKU TIDAK TAHAN MELIHAT SEMUANYA


JADI SEKALI LAGI
YA ALLAH..
KUTUK WARGA ISRAEL JADI BATU