“kenapa lihat-lihat , Nantang ya !!, jika tidak terima, kau boleh tunggu aku didepan sekolah”??
Bu…k !! “tidak penting aku menunggu kamu disana, cukup disini”..
“berani kau”??
“tidak usah kau menggertakku dengan cara kerdil seperti itu, ayo kita hulubalang disini”
Buk…buk…buk….,prak..prak…prak…
“hey…hey…apa-apaan kalian ?? berhenti”!!! bentak si rio.
Tidak cukupkah dengan dijemur berjam-berjam oleh pah iskan. Aku faham apa yang kalian pertengkarkan, tidak prinsipil !!, masalah si Raka kan”??
Memang sejak kejadian itu, reraut senyum kedua pemuda itu Nampak tenggelam ditelan oleh kereta senja, yang mengantarkan senja keperaduan malam. Keduannya menyesali dan saling menyalahkan, kenapa semua itu harus terjadi.
Dear: KAKA yang lagi bengong!!
Pagi !!
Siang!!
Malam!!
Aku tidak peduli, kapan akan kau baca, rangkaian jiwa-jiwa ini , yang terpenting kau tahu, keberadaanmu begitu menghangatkan suasana…saat pagi, siang, malam…kini dingin, hilangg..bersama sapuan angin senja yang entah kapan akan berujung.
Gimana kabarmu ?? masihkah tetap seperti dulu.
“rasa ketakjubanku padamu , masih mengharapkanmu kau ada dalam gurauan yang kerap kali membuatmu sering mencelotehi aku memarahi aku, yang semakin membuat aku memahami bagaimana menjadi diriku sendiri. Itu akan selalu aku jadikan cerita.
Kau adalah sahabatku yang setia mengambilkan handukku kala aku mandi. Mencubiti kulitku hingga bentol-bentol saat aku tertidur saat mendengarkan cerita bapak guru, yang memang membosankan.
Sekarang kau lagi kenapa??. Pasti lagi bengong, mikirin si reni. Tidak usah kau risaukan si reni itu, dia akan ku jaga dengan baik. Setiap hari aku mandikan, aku beri minum susu, biar sehat kaya kamu.
Cobalah sesekali kau tengok dia, kamu nasehati dia, bilang jangan suka kencing di dalam rumah. Kamu tahukan, gimana ibukku jika marah, jangankan aku anaknya yang keceng ini, bapakku segede itu takluk minta ampun, kala taring ibukku kelihatan.
Aku minta maaf !!, jika aku jarang sekali mengunjungimu, tapi aku yakin kau faham. Kau sebagai sahabatku tidak ingin kan jika sahabatmu ini, tidak lulus lantaran masih sering keluyuran. Aku masih ingat pesanmu “hidup hanya sekali, buat apa kau hidup, jika keberadaanmu hanya seperti rerumputan di ladang pak ujang”.
UAN sebentar lagi Ka.. doakan aku ya…lulus dengan nilai yang baik !!, aku sudah berencana akan melanjutkan ke perguruan tinggi, entah ketinggian tingkat berapa. aku hanya sebatas ingin mencari dan menemukan apa yang sebenarnya diharapkan bapak dan ibuku, aku tidak ingin melihat di senja mereka kecewa lantaran aku masih belum mampu bermain-main dengan api dunia. Ku harap aku bisa dan tidak terbakar.
Kayak’ya mata kecilku sudah ngantuk banget!! Untuk kali ini cukup sampai disini..aku juga tidak ingin menganggumu lama-lama, nanti kau bosan membaca tulisan ku, yang sering kau bilang “huruf pallawa”. Kali ini ku hanya ingin melepas segala rasa keinginanku..yang tidak mungkin akan berpuncah.
Aku janji, aku akan selalu mengunjungimu sampai dipenghujung usiaku.
Aku minta maaf jika, aku belum bisa ngomong langsung keperaduanmu, aku masih belum berani membasahi kebun bungamu dengan keruhnya air mataku, karena kau sering menasehatiku “jadi lelaki haruslah setegar batu karang yang setiap saat siap memecah kerasnya ombak, dan tidak takut akan sepinnya malam, hadapilah dengan ketenangan jiwa dan wajah yang penuh dengan senyum keihlasan!!”.
Bilang kepadaku, jika rembulan itu sering malas-malasan menemanimu!! Akan aku adukan pada kang Bhuto biar dimakan habis!!.
Selamat tidur Ka…mimpi Indahlah kau disana.
wisnu prayoga
Surat itu ditinggalkan wisnu bersama serangkai mawar merah, tepat disebelah utara batu putih depan rumah KAKA saat ini.
Bersambung……………………………..
Rabu, 02 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar