Jumat, 04 Januari 2008

LIR-ILIR

Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir
Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Sun suraka surak hiyo

remember this message !!

The Man Who Sold The World

We passed upon the stair, we spoke on was and whenAlthough I wasn't there, he said I was his
friendWhich came as some surprise I spoke into his eyesI thought you died alone, a long long
time ago
Oh no, not mewe never lost controlYou're face to faceWith the Man who Sold the World
I laughed and shook his hand, made my way back homeI searched for farm to land, for years and years I roamedI gazed a gazless stare ,we walked a million hillsI must have died alone, a long long time ago
Who knows? not meI never lost controlYou're face to faceWith the Man who Sold the World
Who knows? not meWe never lost controlYou're face to faceWith the Man who Sold the World

dicuplik dari lirik lagu NIRVANA

LAGU UNTUK SEBUAH NAMA

Mengapa jiwaku mesti bergetar sedang musikpun manis kudengar mungkin karena kulihat lagi lentik bulu matamu bibirmu dan rambutmu yang kau biarkan jatuh berderai di keningmu makin mengajakku terpana kau goreskan gita cinta
mengapa aku mesti duduk disini sedang kau tepat didepanku mestinya kau berdiri berjalan kedepanmu kusapa dan kunikmati wajahmu atau kuisyaratkan cinta tapi semua tak kulakukan kata orang cinta mesti berkorban
mengapa dadaku mesti bergoncang bila kusebutkan namamu sedang kau diciptakan bukanlah untukku itu pasti tapi aku tak mau perduli sebab cinta bukan mesti bersatu biar kucumbui bayanganmu dan kusandarkan harapanku jatuh berderai di keningmu

Dicuplik dari lagu Ebiet G Ade

Rabu, 02 Januari 2008

Wejangan DEWARUCI Terhadap BIMA

termangu sang bima di tepian samudera dibelai kehangatan alun ombak setinggi betis tak ada lagi tempat bertanya sesirnanya sang naga nemburnawa dewaruci, sang marbudyengrat, memandangnya iba dari kejauhan, tahu belaka bahwa tirta pawitra memang tak pernah ada dan mustahil akan pernah bisa ditemukan oleh manusia mana pun.

menghampir sang dewa ruci sambil menyapa: 'apa yang kau cari, hai werkudara,hanya ada bencana dan kesulitan yang ada di sini di tempat sesunyi dan sekosong ini' terkejut sang sena dan mencari ke kanan kiri setelah melihat sang penanya ia bergumam:'makhluk apa lagi ini, sendirian di tengah samudera sunyi kecil mungil tapi berbunyi pongah dan jumawa? serba sunyi di sini, lanjut sang marbudyengrat mustahil akan ada sabda keluhuran di tempat seperti inisia-sialah usahamu mencarinya tanpa peduli segala bahaya sang sena semakin termangu menduga-duga,dan akhirnya sadar bahwa makhluk ini pastilah seorang dewa ah, paduka tuan, gelap pekat rasa hatiku. entahlah apa sebenarnya yang aku cari ini.

dan siapa sebenarnya diriku ini ketahuilah anakku, akulah yang disebut dewaruci, atau sang marbudyengratyang tahu segalanya tentang dirimuanakku yang keturunan hyang guru dari hyang brahma,anak kunti, keturunan wisnu yang hanya beranak tiga, yudistira, dirimu,danjanaka.

yang bersaudara dua lagi nakula dan sadewa dari ibunda madrim si putrimandraka.datangmu kemari atas perintah gurumu dahyang durna untuk mencari tirta pawitra yang tak pernah ada di sini bila demikian, pukulun, wejanglah aku seperlunyaagar tidak mengalami kegelapan seperti ini terasa bagai keris tanpa sarungnya sabarlah anakku,.memang berat cobaan hidup ingatlah pesanku ini senantiasajangan berangkat sebelum tahu tujuanmu, jangan menyuap sebelum mencicipnya.tahu hanya berawal dari bertanya, bisa berpangkal dari meniru, sesuatu terwujud hanya dari tindakan.

janganlah bagai orang gunung membeli emas,mendapat besi kuning pun puas menduga mendapat emasbila tanpa dasar, bakti membuta pun akan bisa menyesatkan duh pukulun, tahulah sudah di mana salah hambabertindak tanpa tahu asal tujuansekarang hamba pasrah jiwaraga terserah paduka.

nah, bila benar ucapanmu, segera masuklah ke dalam diriku. lanjut sang marbudyengrat sang sena tertegun tak percaya mendengarnyaah, mana mungkin hamba bisa melakukannya paduka hanyalah anak bajang sedangkan tubuh hamba sebesar bukit kelingking pun tak akan mungkin muat.

wahai werkudara si dungu anakku, sebesar apa dirimu dibanding alam semesta?seisi alam ini pun bisa masuk ke dalam diriku, jangankan lagi dirimu yang hanya sejentik noktah di alam.

mendengar ucapan sang dewaruci sang bima merasa kecil seketika,dan segera melompat masuk ke telinga kiri sang dewaruciyang telah terangsur ke arahnya heh, werkudara, katakanlah sejelas-jelasnya segala yang kau saksikan di sana hanya tampak samudera luas tak bertepi, ucap sang senaalam awang-uwung tak berbatas hamba semakin bingung tak tahu mana utara selatan atas bawah depan belakang janganlah mudah cemas, ujar sang dewaruci yakinilah bahwa di setiap kebimbangan senantiasa akan ada pertolongan dewata dalam seketika sang bima menemukan kiblat dan melihat surya setelah hati kembali tenang tampaklah sang dewaruci di jagad walikan.

heh, sena! ceritakanlah dengan cermat segala yang kau saksikan! awalnya terlihat cahaya terang memancar, kata sang senakemudian disusul cahaya hitam, merah, kuning, putih.apakah gerangan semua itu? ketahuilah werkudara, cahaya terang itu adalah pancamaya, penerang hati, yang disebut mukasipat (mukasyafah),penunjuk ke kesejatian, pembawa diri ke segala sifat lebih.

cahaya empat warna, itulah warna hatihitam merah kuning adalah penghalang cipta yang kekal,hitam melambangkan nafsu amarah, merah nafsu angkara, kuning nafsu memiliki.hanya si putih-lah yang bisa membawamuke budi jatmika dan sanggup menerima sasmita alam, namun selalu terhalangi oleh ketiga warna yang lainhanya sendiri tanpa teman melawan tiga musuh abadi.hanya bisa menang dengan bantuan sang suksma.

adalah nugraha bila si putih bisa kau menangkan di saat itulah dirimu mampu menembus segala batas alam tanpa belajar. duhai pukulun, sedikit tercerahkan hati hamba oleh wejanganmusetelah lenyap empat cahaya, muncullah nyala delapan warna, ada yang bagai ratna bercahaya, ada yang maya-maya, ada yang menyala berkobar.

itulah kesejatian yang tunggal, anakku terkasih semuanya telah senantiasa ada dalam diri setiap mahluk ciptaan. sering disebut jagad agung jagad cilik dari sanalah asal kiblat dan empat warna hitam merah kuning putih seusai kehidupan di alam ini semuanya akan berkumpul menjadi satu, tanpa terbedakan lelaki perempuan tua muda besar kecil kaya miskin, akan tampak bagai lebah muda kuning gadingamatilah lebih cermat, wahai werkudara anakku semakin cerah rasa hati hamba.

kini tampak putaran berwarna gading, bercahaya memancar.warna sejatikah yang hamba saksikan itu? bukan, anakku yang dungu, bukan,berusahalah segera mampu membedakannya zat sejati yang kamu cari itu tak tak berbentuk tak terlihat, tak bertempat-pasti namun bisa dirasa keberadaannya di sepenuh jagad ini.

sedang putaran berwarna gading itu adalah pramana yang juga tinggal di dalam raga namun bagaikan tumbuhan simbar dipepohonan ia tidak ikut merasakan lapar kenyang haus lelah ngantuk dan sebagainya. dialah yang menikmati hidup sejati dihidupi oleh sukma sejati,ialah yang merawat ragatanpanya raga akan terpuruk menunjukkan kematian.

pukulun, jelaslah sudah tentang pramana dalam kehidupan hambalalu bagaimana wujudnya zat sejati itu? itu tidaklah mudah dijelaskan, ujar sang dewa ruci, gampang-gampang susahsebelum hal itu dijelaskan, kejar sang bima, hamba tak ingin keluar daritempat iniserba nikmat aman sejahtera dan bermanfaat terasa segalanya. itu tak boleh terjadi, bila belum tiba saatnya, hai werkudara mengenai zat sejati, engkau akan menemukannya sendiri setelah memahami tentang penyebab gagalnya segala laku serta bisa bertahan dari segala goda,di saat itulah sang suksma akan menghampirimu,dan batinmu akan berada di dalam sang suksma sejati janganlah perlakukan pengetahuan ini seperti asap dengan api, bagai air dengan ombak, atau minyak dengan susu perbuatlah, jangan hanya mempercakapkannya belaka jalankanlah sepenuh hati setelah memahami segala makna wicara kita inijangan pernah punya sesembahan lain selain sang maha luhurpakailah senantiasa keempat pengetahuan ini pengetahuan kelima adalah pengetahuan antara,yaitu mati di dalam hidup, hidup di dalam matihidup yang kekal, semuanya sudah berlalutak perlu lagi segala aji kawijayan, semuanya sudah termuat di sini. maka habislah wejangan sang dewaruci, sang guru merangkul sang bima dan membisikkan segala rahasia rasa terang bercahaya seketika wajah sang sena menerima wahyu kebahagiaan bagaikan kuntum bunga yang telah mekar.

menyebarkan keharuman dan keindahan memenuhi alam semesta dan blassss . . . !sudah keluarlah sang bima dari raga dewaruci sang marbudyengrat kembali ke alam nyata di tepian samodera luas sunyi tanpa sang dewaruci sang bima melompat ke daratan dan melangkah kembalisiap menyongsong dan menyusuri rimba belantara kehidupan

tancep kayon

salam,
Dinukil dari
http://www.tashawuf.com/
ulisan dari bapak
Harmiel M Soekardjo
maaf bapak tanp seijinmu kupahat tulisan ini diblogku.

Mataku, matamu, dan matannya

“kenapa lihat-lihat , Nantang ya !!, jika tidak terima, kau boleh tunggu aku didepan sekolah”??
Bu…k !! “tidak penting aku menunggu kamu disana, cukup disini”..
“berani kau”??
“tidak usah kau menggertakku dengan cara kerdil seperti itu, ayo kita hulubalang disini”
Buk…buk…buk….,prak..prak…prak…
“hey…hey…apa-apaan kalian ?? berhenti”!!! bentak si rio.
Tidak cukupkah dengan dijemur berjam-berjam oleh pah iskan. Aku faham apa yang kalian pertengkarkan, tidak prinsipil !!, masalah si Raka kan”??

Memang sejak kejadian itu, reraut senyum kedua pemuda itu Nampak tenggelam ditelan oleh kereta senja, yang mengantarkan senja keperaduan malam. Keduannya menyesali dan saling menyalahkan, kenapa semua itu harus terjadi.

Dear: KAKA yang lagi bengong!!
Pagi !!
Siang!!
Malam!!
Aku tidak peduli, kapan akan kau baca, rangkaian jiwa-jiwa ini , yang terpenting kau tahu, keberadaanmu begitu menghangatkan suasana…saat pagi, siang, malam…kini dingin, hilangg..bersama sapuan angin senja yang entah kapan akan berujung.
Gimana kabarmu ?? masihkah tetap seperti dulu.
“rasa ketakjubanku padamu , masih mengharapkanmu kau ada dalam gurauan yang kerap kali membuatmu sering mencelotehi aku memarahi aku, yang semakin membuat aku memahami bagaimana menjadi diriku sendiri. Itu akan selalu aku jadikan cerita.
Kau adalah sahabatku yang setia mengambilkan handukku kala aku mandi. Mencubiti kulitku hingga bentol-bentol saat aku tertidur saat mendengarkan cerita bapak guru, yang memang membosankan.
Sekarang kau lagi kenapa??. Pasti lagi bengong, mikirin si reni. Tidak usah kau risaukan si reni itu, dia akan ku jaga dengan baik. Setiap hari aku mandikan, aku beri minum susu, biar sehat kaya kamu.
Cobalah sesekali kau tengok dia, kamu nasehati dia, bilang jangan suka kencing di dalam rumah. Kamu tahukan, gimana ibukku jika marah, jangankan aku anaknya yang keceng ini, bapakku segede itu takluk minta ampun, kala taring ibukku kelihatan.
Aku minta maaf !!, jika aku jarang sekali mengunjungimu, tapi aku yakin kau faham. Kau sebagai sahabatku tidak ingin kan jika sahabatmu ini, tidak lulus lantaran masih sering keluyuran. Aku masih ingat pesanmu “hidup hanya sekali, buat apa kau hidup, jika keberadaanmu hanya seperti rerumputan di ladang pak ujang”.
UAN sebentar lagi Ka.. doakan aku ya…lulus dengan nilai yang baik !!, aku sudah berencana akan melanjutkan ke perguruan tinggi, entah ketinggian tingkat berapa. aku hanya sebatas ingin mencari dan menemukan apa yang sebenarnya diharapkan bapak dan ibuku, aku tidak ingin melihat di senja mereka kecewa lantaran aku masih belum mampu bermain-main dengan api dunia. Ku harap aku bisa dan tidak terbakar.
Kayak’ya mata kecilku sudah ngantuk banget!! Untuk kali ini cukup sampai disini..aku juga tidak ingin menganggumu lama-lama, nanti kau bosan membaca tulisan ku, yang sering kau bilang “huruf pallawa”. Kali ini ku hanya ingin melepas segala rasa keinginanku..yang tidak mungkin akan berpuncah.
Aku janji, aku akan selalu mengunjungimu sampai dipenghujung usiaku.
Aku minta maaf jika, aku belum bisa ngomong langsung keperaduanmu, aku masih belum berani membasahi kebun bungamu dengan keruhnya air mataku, karena kau sering menasehatiku “jadi lelaki haruslah setegar batu karang yang setiap saat siap memecah kerasnya ombak, dan tidak takut akan sepinnya malam, hadapilah dengan ketenangan jiwa dan wajah yang penuh dengan senyum keihlasan!!”.
Bilang kepadaku, jika rembulan itu sering malas-malasan menemanimu!! Akan aku adukan pada kang Bhuto biar dimakan habis!!.
Selamat tidur Ka…mimpi Indahlah kau disana.
wisnu prayoga

Surat itu ditinggalkan wisnu bersama serangkai mawar merah, tepat disebelah utara batu putih depan rumah KAKA saat ini.
Bersambung……………………………..

akhiran Al

waktu yang diberikan tuhan hanya sepenggal
berlabur untuk sekedar mengisi bekal
mengisi makanan pada kapal-kapal
hanya perlu ikhtiar dan tawakkal
hingga waktunya meniti perjalanan kekal
bukan hanya makanan sekepal
atau makanan kaum-kaum bebal
karena kita memiliki buku cerita tebal
pada setiap perjalanan dari nafas senggal
merangkainnya pada untaian amal

Peri kecilku

Kan ku taburkan melati di kakimu
Biar mewangi….

Kan ku mandikan kau
Dengan selorot sinar mentari,
Biar berkilauan cahaya

Kan ku nyanyikan
Irama-irama alam
Biar keteduhan jiwamu
Bertalu…bertalu….

Lau terbanglah…
Hiasilah malam
peri kecilku…
3 januari 2008

hujan

Seduh sedan rintik hujan
Rama-rama basahi dedaunan
Dibasuh angin, dibias awan
Sekira lukisan diatas kanvas
Mengalir, mendinginkan
Membasahi, bahkan menghanyutkan

Hujan…hujan…
Menyuruh langit kepadamu,
Tetap tunduk dalam kepasrahan

Biarpun bumi sering mencelahmu
Hingga luka dan terkadang marah
Kau tetap setia
Intan berlian kau berikan
Kepada manusia…manusia…
3 januari 2008

Boleh kau bilang aku anjing

Hey…bangsat !!
Kau bilang aku anjing
Sedang kemaluanmupun tak berujung
Lalu harus aku bilang apa kau
Setan…., iblis……
Jelas tak inginlah aku bilang kau malaikat
Apalagi aku menghamba kepadamu
Bolehlah kau bilang aku anjing
Jika katup kemaluanmu telah kau iris
Lalu kau persembahkan buat sesaji
Air kencingmupun tak mampu tumbuhkan,…
Rerumputan dipagar rumahku
Tidak usahlah kau marah
Buat apa…buang saja….
Cukuplah kau tersenyum
Dan akan aku sediakan bejana beserta riak airnya
Buat kau mengaca
Pastikan wajahmu, tertahan didalamnya
Biar kau tahu siapa dirimu sebenarnya.


3 januari 2008